Hal ini karena wilayah tersebut berada dalam kategori berbahaya untuk puing-puing vulkanik yang jatuh.
Saat ini, warga di kota belum diminta untuk mengungsi.
Namun hal itu dapat berubah jika situasinya menjadi lebih serius.
Pejabat pemerintah di kediaman perdana menteri Jepang, Fumio Kishida sedang mengumpulkan informasi tentang situasi terbaru meletusnya Gunung api Sakurajima.
Baca juga: Turis Nekat Nggak Mau Bayar Tiket Wisata Gunung, Masuk Lewat Rute Terlarang & Jatuh ke Kawah
Baca juga: Lewati Jalur Terlarang, Seorang Turis Jatuh ke Kawah Gunung Berapi Kuno saat Mau Selfie
Sakurajima, yang diterjemahkan artinya 'pulau bunga sakura', dulunya adalah sebuah pulau berisi aliran lava selama berbulan-bulan.
Aliran lava ini berasal dari letusan besar pada tahun 1914, yang kemudian mengubahnya menjadi semenanjung.
Letusan itu dimulai pada 11 Januari 1914 dan menjadi letusan gunung berapi paling kuat di Jepang selama abad ke-20.
Ada banyak letusan gunung berapi pada saat itu, dengan berbagai tingkat keparahan dan keteraturan.
Pada tahun 2019, Gunung api Sakurajima pernah memuntahkan abu vulkanik setinggi lebih dari tiga mil.
Selain bahaya puing-puing vulkanik yang jatuh di daerah tempat tinggal warga, abu vulkanik letusan Gunung api Sakurajima juga menyebabkan sejumlah besar masalah kesehatan.
Abu vulkanik ini dapat menyebabkan masalah pernapasan bagi manusia, sementara abu yang besar dapat menyebabkan kerusakan pada bangunan atau menyumbat infrastruktur.
Lebih buruk lagi, abu dari gunung berapi dapat mencemari ekosistem di sekitarnya, mengganggu pasokan air dan mempersulit hewan yang tinggal di dekatnya untuk bertahan hidup. (TribunTravel.com/Tys)
Baca juga: Rundown Hari ke-2 Jazz Gunung Bromo 2022, Ada Penampilan Spesial Andien
Baca juga: Daftar Paket Penginapan Jazz Gunung Bromo 2022 untuk Couple dan Rombongan
Baca juga: Nonton Jazz Gunung Bromo 2022? Jangan Lupa Bawa Pulang 4 Oleh-oleh Khasnya