Akses berita terupdate se-indonesia lewat aplikasi TRIBUNnews

Sejumlah Maskapai Mulai Menangguhkan Penerbangan ke Sri Lanka, Buntut Krisis yang Terjadi

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi maskapai flydubai.

TRIBUNTRAVEL.COM - Maskapai Flydubai dilaporkan telah menangguhkan penerbangan ke Sri Lanka.

Penangguhan penerbangan tersebut merupakan buntut dari krisis ekonomi dan politik di Sri Lanka yang tengah memanas.

flydubai (flydubai.com)

Melansir The National, Selasa (12/7/2022), Flydubai telah memberhentikan layanan penerbangan ke Sri Lanka pada bulan Juli dan Agustus.

Dalam situs webnya, pemesanan untuk terbang ke Sri Lanka baru dibuka kembali mulai 1 September 2022.

Baca juga: Kabin Pesawat Berasap Bikin Pramugari Pusing, Sebuah Penerbangan Terpaksa Dialihkan

Pihak Flydubai mengatakan bahwa layanan penerbangan ke Sri Lanka ditangguhkan sampai "pemberitahuan lebih lanjut."

Keputusan itu diambil di tengah protes kekerasan yang meningkat, atas krisis negara itu, dengan massa membakar rumah Perdana Menteri Ranil Wickremesinghe pada hari Sabtu (9/7/2022).

Namun, maskapai mengatakan akan "memantau dengan cermat situasi di lapangan".

"Penumpang yang telah memesan untuk melakukan perjalanan dengan penerbangan ini akan dihubungi dan ditawari pengembalian uang," kata perwakilan maskapai.

"Kami mohon maaf atas ketidaknyamanan yang ditimbulkan pada jadwal perjalanan penumpang kami." imbuhnya.

Baca juga: Viral Pasangan Lansia Diseret Keluar Pesawat Meski Tak Bersalah, Pihak Maskapai Minta Maaf

Situasi di Sri Lanka

Melansir Simple Flying, Selasa (12/7/2022), sektor ekonomi Sri Lanka sangat bergantung pada turis.

Karena pandemi, salah satu penghasil mata uang asing paling signifikan di negara itu terpengaruh secara dramatis dan belum pulih dengan baik.

Sekarang, cadangan mata uang asing negara itu hampir mengering, meninggalkannya dengan dana yang tidak mencukupi untuk membeli barang dan sumber daya dari negara lain.

Maskapai penerbangan Uni Emirat Arab (UEA) flydubai (flydubai.com)

Hal ini menyebabkan harga barang kebutuhan sehari-hari meningkat tajam, dengan inflasi mencapai hampir 55 persen.

Dan tanpa mata uang asing, Sri Lanka tidak dapat menyediakan atau mengimpor bahan bakar yang cukup untuk layanan transportasi penting seperti bus, kendaraan medis, dan kereta api.

Halaman
12