Mengetahui hal itu, Frias lantas meminta kebijakan ini secara tertulis, dan karyawan Virgin Atlantic tidak dapat memberikannya.
Atas tindakan yang ia terima, Frias kemudian melimpahkan kekecewaannya pada unggahan di sosial media.
Ia bahkan menyebutkan bahwa maskapai Virgin Atlantic sudah mendiskriminasi dia, dan bahwa maskapai harus bertanggung jawab.
Terkait hal itu, pihak Delta dan Virgin Atlantic sama-sama telah menerbitkan kebijakan mengenai hal ini.
Pihaknya menyatakan bahwa penumpang mungkin ditolak naik pesawat jika tidak dapat mengevakuasi diri.
Hal ini bukan hanya beberapa cetakan bagus dalam kontrak pengangkutan, tetapi dalam kedua kasus ini ada di halaman tentang pelancong yang membutuhkan bantuan khusus.
“Jika anda akan mengalami kesulitan parah dalam situasi darurat, kami mungkin meminta Anda untuk bepergian dengan asisten keselamatan," jelas pihak maskapai.
Baca juga: Pramugari Bagikan Kode Rahasia saat Bertemu dengan Penumpang Paling Tampan di Pesawat
Baca juga: Viral Curhat Penumpang Pesawat Bayar Rp 19 Juta Gara-gara Check-in Bagasi di Konter Bandara
Sementara itu, pihak Delta sendiri juga telah menerbitkan sejumlah kebijakan terkait penumpang disabilitas.
Di bandara pada hari keberangkatan, Delta mungkin mengharuskan penumpang mengatur asisten perawatan pribadi atau asisten keselamatan untuk menemani dalam berbagai kedaan.
Di antaranya jika terdapat penumpang yang tidak dapat memahami atau menanggapi instruksi terkait keselamatan.
Lebih lanjut juga meliputi penumpang yang memiliki cacat pendegaran dan penglihatan.
Hal tersebut lantaran dapat menghalangi untuk membangun sarana komunikasi dengan personel Delta yang cukup untuk menerima pengarahan keselamatan
Lalu yang terkahir yakni bila penumpang memiliki cacat mobilitas yang secara fisik mencegah penumpang membantu evakuasi diri sendiri selama keadaan darurat.
(TribunTrave/Zed)
Baca selengkapnya soal viral di medsos di sini.