TRIBUNTRAVEL.COM - Burj Khalifa merupakan gedung pencakar langit di Dubai, Uni Emirat Arab, dengan ketinggian mencapai 828 meter.
Burj Khalifa populer dengan kemegahan dan kemewahannya.
Namun tak banyak yang tahu, Burj Khalifa ternyata memiliki zona puasa berbeda dengan permukiman lain di Dubai.
Bahkan penghuni Burj Khalifa lantai bawah memiliki waktu puasa berbeda dengan penghuni lantai atas.
Dilansir TribunTravel dari Gulf News, penghuni lantai atas Burj Khalifa harus mengakhiri puasa mereka beberapa menit lebih lambat daripada mereka yang berada di lantai dasar.
Ahmad Al Haddad, Mufti Agung Dubai, menjelaskan bahwa puasa berlangsung hingga terbenamnya matahari secara sempurna.
Menurut para astronom, matahari terbit lebih awal dan terbenam lebih lambat pada ketinggian yang lebih tinggi dibandingkan dengan lokasi yang sama di permukaan tanah.
Di gedung tinggi yang memiliki kurang dari 80 lantai, perbedaan waktu dapat diabaikan.
Al Haddad menyarankan, orang-orang di lantai yang lebih tinggi harus berbuka puasa beberapa saat kemudian.
Baca juga: Burj Khalifa Jadi Tempat Wisata Terpopuler di TikTok, Videonya Ditonton 1,5 Miliar Kali
"Orang yang tinggal di gedung tinggi harus mempertimbangkan perbedaan waktu, karena malam mulai sedikit lebih lambat bagi mereka," ujar Al Haddad.
"Mereka masih bisa melihat cahaya matahari, bagaimana mereka bisa mengakhiri puasa jika itu masalahnya?" sambungnya.
Dalam syariat Islam, hari berakhir ketika matahari telah sepenuhnya menghilang di bawah cakrawala.
Di lantai yang sangat tinggi, matahari masih terlihat meskipun tampak seperti terbenam.
Al Haddad mengatakan, orang-orang di gedung pencakar langit harus mempertimbangkan perbedaan ini sama seperti jika mereka berada di kota atau negara yang berbeda.
"Untuk Burj Khalifa, perbedaan buka puasa sekitar dua menit kemudian bagi mereka yang tinggal di antara lantai 80 dan 150, dan tiga menit di lantai yang lebih tinggi," jelasnya.