Wildan menyatakan bahwa dirinya kurang setuju dengan pernyataan kualitas jalan beton lebih buruk dibandingkan jalan aspal.
Baca juga: Aturan Terbaru Perjalanan Darat, Naik Motor dan Mobil Pribadi Jarak 250 Kilometer Wajib Antigen
"Kalau bicara kekuatan, sama. Cuma tinggal bicara waktu. Jalan tol kita itu kan dipacu biar cepet selesai, sehingga kita melakukan pendekatan rigid beton. Tapi pada perjalan berikutnya, itu kan yang rigid kemudian atasnya dikasih aspal biar lebih smooth dan nyaman dipake pengendara," jelas Wildan, dikutip dari Kompas.com.
Ia melanjutkan, pengerjaan jalan menggunakan beton memang lebih cepat.
Mengenai pembatas jalan, Wildan menjelaskan ada tiga median yang dapat digunakan yakni concrete barrier (beton), pagar pengaman jalan (guardrail), dan wire rope.
Selain tiga itu, ada median yang diatur oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), yaitu berupa rumput.
Namun median rumput memiliki tingkat fatalitas lebih tinggi, karena meningkatkan risiko kendaraan menyeberang ke jalur lain.
"Ketika terjadi kecelakaan beruntun di Cipali, banyak kendaraan yang menyeberang, KNKT mengeluarkan rekomendasi agar median yang bentuknya seperti itu (rumput) dihilangkan," kata Wildan.
"Jadi harus dipasang apakah concrete barrier atau pagar pengaman jalan atau wire rope. Itu jangan biarkan dalam bentuk rumput, karena risiko kendaraan nyeberangnya sangat tinggi, itu tabrakan head to head bisa menyebabkan fatalitas lebih tinggi," tambahnya.
Baca juga: Tren Road Trip di Masa Pandemi, Simak 7 Tipsnya Agar Parjalananmu Aman dan Menyenangkan
Baca juga: Terbaru! Syarat Perjalanan KA Jarak Jauh, Cukup Gunakan Rapid Test Antigen 1x24 Jam