Akses berita terupdate se-indonesia lewat aplikasi TRIBUNnews

Perkembangan Teknologi Terbaru Diklaim Bisa Pecahkan Teka-teki Hilangnya Pesawat MH370

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi pesawat MH370 keluar jalur

TRIBUNTRAVEL.COM - Teka-teki hilangnya pesawat Malaysia Airlines MH370 belum menemukan titik terang hingga hari ini.

Namun, sebuah teknologi baru telah dibuat untuk mencoba memecahkan misteri pesawat hilang sejakh tahun 2014 ini.

Diketahui pesawat Malaysia Airlines MH370 hilang pada Maret 2014 dalam perjalanan ke Beijing.

Pesawat yang berisi 238 penumpang itu keluar dari rute yang direncanakan kemudian menghilang tanpa jejak.

Pencarian puing-puing pesawat di titik terakhir sinyal mengangkap keberadaannya pun tidak membuahkan hasil.

Hal ini menyebabkan munculnya beragam teori dan dugaan seputar hilangnya pesawat MH370.

Baru-baru ini sebuah teknologi canggih berhasil diciptakan untuk membantu memprediksi lokasi akhir pesawat dan mengungkap misteri penerbangan MH370 selama bertahun-tahun.

Dikutip TribunTravel dari laman UNILAD, Senin (4/10/2021), pencarian pesawat MH370 terakhir dilakukan pada tahun 2018.

Diketahui pesawat ini menghilang di atas Samudra Hindia.

Dalam laporan Ocean Infinity, sebuah perusahaan robotika kelautan, diketahui pencarian dilakukan di area seluas 500.000 mil persegi di lautan oleh kendaraan bawah air tak berawak.

Pada 8 Maret 2014 lalu, pesawat yang sedang dalam perjalanan dari Bandar Udara Internasional Kuala Lumpur menuju Bandar Udara Internasional Ibu Kota Beijing dilaporkan menghilang. (Daily Star)

Namun, pencarian ini tak membawa bukti dan hasil baru.

Sekarang, uji coba teknologi yang lebih modern telah muncul.

Laporan penelitian ini pun dimuat dalam artikel The Times">The Time, berisi tentang teknologi yang diduga bisa melacak data historis sinyal radio yang memantul dari badan pesawat.

Berkat keberhasilan teknologi ini, diyakini beberapa menit terakhir penerbangan mungkin dapat dilacak dengan presisi dan menghasilkan area pencarian yang lebih spesifik untuk diselidiki.

Pada tahun 2009, Richard Godfrey, seorang insinyur kedirgantaraan Inggris, menggunakan database online yang disebut Weak Signal Propagation Reporter (WSPR) untuk melakukan tes.

Halaman
12