Dikatakan demikian, sebab tenun ikat Parengan ini memang hanya bisa dijumpai di Lamongan.
Tenun ikat Parengan ini memiliki motif khas berupa 'gunungan' yang dibentuk menyerupai gapura.
Motif tersebut melambangkan gunung mati di Lamongan yang dihidupkan kembali melalui tenun ikat Parengan.
Kemudian bentuknya yang menyerupai gapura juga menandakan sebuah pintu masuk.
Sehingga secara prestis ketika tenun ikat Parengan digunakan, dapat memberikan kharisma tersendiri bagi pemakainya.
"Motif gunungan ini sengaja diambil karena gunung sendiri merupakan benteng dari tanah, jadi biar tetap eksis," pungkas Miftahul Khoiri.
Baca juga: Uniknya Sajian Rujak Laren di Lamongan, Bisa Pilih Aneka Isian hingga Racik Bumbu Sendiri
Baca juga: Pesona Pantai Joko Mursodo Lamongan, Tempat Wisata Asyik Buat Swafoto Berlatar Pohon Bakau
Baca juga: Punya Nama Unik, Pantai Kutang Lamongan Jadi Tempat Favorit untuk Liburan Akhir Pekan
Selain motif, proses pembuatan tenun ikat Parengan juga masih dibuat secara tradisional oleh tangan-tangan terampil warga sekitar.
Sebelum ditenun menjadi kain, bahan baku benang mula-mula didesain terlebih dulu melalui 14 proses.
Preses tersebut memakan waktu cukup lama yaitu paling cepat sekira 14 hari.
Setelah itu barulah benang ditenun menjadi kain menggunakan alat tradisional yang dirakit dari kayu.
Dalam proses ini, tenun ikat Parengan hanya membutuhkan waktu pengerjaan paling cepat selama satu hari.
Hal ini tergantung dari kerumitan motif yang dibuat untuk selembar kain.
Menariknya setelah jadi, motif dari tenun ikat Parengan hanya akan terlihat di satu sisi, sedangkan sisi lainnya akan nampak polos dan halus.
Hal ini tentu sangat berbeda dengan tenun ikat kebanyakan, yang motifnya tembus baik di bagian depan maupun belakang.
"Inilah keunikan tenun ikat Parengan. Hasil seperti ini hanya bisa dibuat menggunakan alat tradisional dan tidak bisa ditiru oleh mesin," kata Miftahul Khori.