Tentunya, teknologi tersebut dinilai sangat canggih pada saat itu.
Menariknya, pengdingin udara tidak menggunakan freon, melainkan es batu.
Kemudian, air dari es batu yang mencari tersebut bisa digunakan untuk mencuci tangan di wastafel.
Untuk desain kereta pesiarnya, Pakubuwono X terjun langsung untuk memberi masukan kepada perusahaan Werkspoor di Belanda.
Kini, gerbong kereta pesiar milik Pakubuwono X ini ditempatkan di sebelah timur Alun-alun Kidul Keraton Surakarta.
Baca juga: Wisata Solo - Museum Keris Surakarta Simpan Ratusan Keris Berumur Lebih dari 300 Tahun
Kereta Jenazah Pakubuwono X
Tak hanya kereta pesiar, kalian juga bisa melihat kereta jenazah Pakubuwono X selagi berkunjung ke Alun-alun Kidul Keraton Surakarta.
Kereta jenazah tersebut menjadi salah satu benda heritage bagi sejarah Keraton Surakarta dan juga perkeretaapian Indonesia.
Dahulu, Pakubuwono X memang merancang dan memesan langsung kereta jenazah ke perusahaan kereta api Wekhspoor di Amsterdam, Belanda.
Rancanganya sudah dipersiapkan sejak sekira tahun 1909-1920, namun kereta tersebut baru jadi pada 1914.
Setelah rampung, kereta dibawa ke Hindia Belanda pada 1915 oleh perusahaan NIS yang dulu bertempat di Lawang Sewu, Semarang.
Menariknya, kereta ini baru digunakan satu kali saja, yaitu pada tahun 1939 untuk mengangkut jenazah Pakubuwono X dari Solo ke Jogja dan kemudian dimakamkan di Imogiri.
Baca juga: Museum Radya Pustaka dan 6 Museum Lainnya yang Wajib Dikunjungi Saat Liburan di Kota Solo
Kala itu, kereta jenazah Pakubuwono X berangkat dari Stasiun Solo Balapan dan berhenti di Stasiun Tugu Jogja.
Perjalanan kemudian dilanjutkan dengan kereta kuda.
Pada tahun 1989, kereta jenazah Pakubuwono X sempat ditempatkan di Balai Yasa Jogja untuk perbaikan dan servis.
Baca tanpa iklan