Akses berita terupdate se-indonesia lewat aplikasi TRIBUNnews

Kisah Menyedihkan Otak Albert Einstein: Dicuri, Dipotong 240 Bagian dan Berakhir di Museum

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Albert Einstein

TRIBUNTRAVEL.COM - Karena kejeniusannya yang terkenal di dunia, otak Albert Einstein menjadi objek yang didambakan — bahkan setelah dia meninggal.

Beberapa jam setelah kematian Albert Einstein pada 18 April 1955, otopsi dilakukan padanya oleh seorang dokter yang kemudian mencuri otaknya.

Awalnya putra Einstein marah.

Namun dia kemudian mengizinkan dokter Thomas Harvey, untuk memberikan otak Einstein kepada para peneliti yang ingin mengidentifikasi apakah kejeniusan fisikawan itu berasal dari otak yang berbeda secara fisik.

Baca juga: Harga Tiket Masuk Museum Zoologi Bogor Terbaru 2021, Wisata Bersejarah di Kawasan Kebun Raya Bogor

Patung Albert Einstein yang ada di National Academy of Sciences, Washington, DC (Flickr.com/Adam Fagen)

Baca juga: Sambut Hari Kemerdekaan, Intip Sejarah Pejuang di Museum Perjuangan Bogor

Otak Albert Einstein Dicuri Oleh Thomas Harvey

Lahir pada 14 Maret 1879, di Ulm, Jerman, Albert Einstein meninggalkan kisah yang menakjubkan, dari berteman dengan Charlie Chaplin, melarikan diri dari Nazi Jerman hingga mendefinisikan ulang studi fisika.

Dihormati di seluruh dunia karena kejeniusannya, banyak orang di komunitas ilmiah berteori bahwa otaknya mungkin secara fisik berbeda dari rata-rata manusia.

Jadi ketika dia meninggal pada usia 76 karena aorta pecah di Rumah Sakit Princeton, otaknya segera dikeluarkan dari tubuhnya oleh Thomas Harvey.

Menurut Carolyn Abraham, penulis buku Possessing Genius: The Bizarre Odyssey of Einstein's Brain , Harvey "memiliki beberapa harapan besar yang disematkan pada otak itu" dan kemungkinan membayangkan bahwa organ itu mungkin akan memajukan karirnya di bidang kedokteran.

Dilansir TribunTravel dari laman allthatsinteresting, Harvey tidak hanya mencuri otak Albert Einstein, tetapi dia juga mencopot mata fisikawan itu, yang kemudian dia berikan kepada dokter mata.

Sisa tubuh Einstein dikremasi di Trenton, New Jersey, pada 20 April, di mana saat itu putranya, Hans Albert Einstein, mengetahui apa yang telah dilakukan Harvey.

Dia akhirnya setuju bahwa otak dapat dipelajari, tetapi hanya dengan syarat bahwa studi tersebut dipublikasikan dalam jurnal ilmiah terkemuka.

Baca juga: Tembok Gunung Es di Museum Titanic Tennessee Tiba-tiba Runtuh, 3 Pengunjung Jadi Korban

Albert Einstein (Foto oleh Oren Jack Turner, Princeton, NJ, Public domain, via Wikimedia Commons)

Baca juga: Festival Museum Yogyakarta 2021 Digelar hingga 12 Oktober, Bisa Disaksikan Secara Daring

Harvey melanjutkan dengan cermat mendokumentasikan dan memotret otak Einstein.

Dia menimbangnya dengan bobot 1.230 gram, yang dilaporkan lebih ringan dari rata-rata pria seusia Einstein.

Dia kemudian mengiris otak menjadi 240 bagian yang juga dia foto — dan dia bahkan mendokumentasikannya dalam sebuah lukisan.

Halaman
123