"Harganya Rp 3.000. Tapi kalau pembeli mau minta Rp 4.000 atau Rp 5.000 juga bisa. Nanti porsinya saya tambah," kata Lasmiati, pemilik warung.
Ditanya mengapa dirinya mematok harga semurah itu, Lasmiati tersenyum dan menjawab singkat, "Namanya di desa, yang penting masih untung sedikit-sedikit."
Baca juga: 7 Tempat Makan Nasi Goreng di Jakarta, Ada yang Dimasak dengan Arang
Dia mengaku sudah berjualan nasi goreng semenjak enam tahun lalu.
Tiap hari, warungnya bisa menghabiskan 20 sampai 30 kilogram beras.
Setiap 10 kilo beras rata-rata bisa diolah menjadi 100 piring nasi goreng. Artinya, dalam sehari Lasmiati bisa menjual 200 sampai 300 piring nasi goreng.
Lasmiati menuturkan, ia mulai memutuskan berjualan ketika suaminya yang bekerja sebagai perangkat desa meninggal pada 2014 lalu.
"Anak saya yang besar waktu itu masih kuliah di UNDIP, yang kecil masih bayi. Jadi saya memutuskan jualan untuk mencukupi kebutuhan keluarga. Kalau sekarang anak pertama saya sudah lulus dan bekerja di salah satu rumah sakit swasta di Pati," papar dia.
Setiap hari, warung Nasi Goreng Bu Lasmiati buka mulai pukul 15.00 sore hingga tengah malam.
Baca juga: Wisata Religi di Kudus, Kunjungi Masjid Menara Kudus dengan Gebang Ikonik Berbentuk Candi
Andre (25) merupakan pelanggan baru di Warung Nasi Goreng Bu Lasmiati. Pria asal Rembang ini mengatakan bahwa nasi goreng super murah ini sangat cocok bagi perantau sepertinya.
"Murah banget cuma tiga ribu sudah dapat nasi goreng yang rasanya tidak kalah enak dari nasi goreng seharga 15 ribu," kata dia.
Artikel ini telah tayang di TribunJateng.com dengan judul Nasi Goreng Super Murah di Pati, Sepiring Cuma Rp 3 Ribu, Rasanya?