Akses berita terupdate se-indonesia lewat aplikasi TRIBUNnews

Ilmuwan Temukan Makam Manusia Tertua di Afrika, Ternyata Kuburan Anak Kecil dari 78.000 Tahun Lalu

Penulis: Nurul Intaniar
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Pembongkaran makam tertua di Afrika

TRIBUNTRAVEL.COM - Belum lama ini publik dibuat terkejut dengan temuan para ilmuwan.

Tim ilmuwan baru-baru ini telah menemukan makam tertua di Afrika.

Diketahui, makam tertua itu adalah milik seorang anak berusia 3 tahun yang hidup 78.000 tahun lalu.

Makam tersebut ditemukan di Kenya dan dianggap sebagai penguburan manusia paling awal yang ditemui di Afrika.

Dijuluki Mtoto, bahasa Swahili untuk anak-anak, individu tersebut dikebumikan dalam posisi janin dengan lutut ditarik ke dada.

Akan tetapi jenis kelamin anak itu masih belum diketahui.

Baca juga: Royal Vault, Pemakaman di Bawah Kapel St George Kastil Windsor Tempat Pangeran Philip Dikebumikan

Penggalian di situs tersebut mengungkapkan bahwa mayat tersebut sengaja dikuburkan di lubang kecil dengan bantal, dibungkus kain kafan, dan dibiarkan tidak tersentuh tangan manusia sampai para ilmuwan menemukannya pada 2013 lalu.

Mtoto memiliki karakteristik fisik yang mirip dengan Homo sapiens modern tetapi tetap mempertahankan beberapa fitur kuno yang mengungkapkan hubungan genetik yang dekat dengan nenek moyang Afrika yang jauh.

Bagian dari tulang milik Mtoto pertama kali ditemukan saat penggalian di situs gua Panga ya Saidi pada 2013 setelah penggalian dimulai pada 2010.

Namun, baru pada 2017 lubang kecil yang berisi tulang tersebut benar-benar terbuka.

"Segera setelah kami pertama kali mengunjungi Panga ya Saidi, kami tahu bahwa itu temuan istimewa," kata Profesor Nicole Boivin, direktur Departemen Arkeologi di Institut Max Plank untuk Ilmu Sejarah Manusia.

"Situs ini benar-benar satu-satunya."

Baca juga: 5 Tempat Wisata Religi di Jawa Barat, Makam Syeh Abdul Muhyi dan Goa Saparwadi di Pamijahan

Pembongkaran makam tertua di Afrika (Mohammaf Javad Shoaee via dailymail.co.uk)

Tulang-tulang itu terlalu rapuh untuk digali sepenuhnya dan dipelajari di lapangan sehingga blok tanah yang berisi tubuh itu dibawa ke laboratorium untuk dianalisis lebih lanjut.

Pertama, jenazah dikirim ke Museum Nasional di Nairobi sebelum kemudian dipindahkan ke laboratorium National Research Center on Human Evolution (CENIEH) di Burgos, Spanyol.

Analisis pendahuluan di Nairobi menunjukkan tulang belakang yang terawat baik serta dua gigi.

Halaman
12