TRIBUNTRAVEL.COM - Terkadang sisa-sisa pesawat yang jatuh dibiarkan selama berpuluh-puluh tahun.
Ada sejumlah faktor mengapa pesawat tidak dievakuasi, termasuk sudah rusak parah dan lokasi jatuhnya yang terlalu sulit dijangkau.
Inilah yang terjadi pada jenis Lockheed C-121 Constellation di Antartika.
Melansir laman Simple Flying, pesawat dengan nama Pegasus tersebut dibiarkan terbengkalai setelah pendaratan darurat pada tahun 1970.
Baca juga: Viral di TikTok, Pramugari Ini Bagikan Tata Cara Salat di Pesawat
Kembali pada 8 Oktober 1970, Pegasus melakukan penerbangan terakhirnya.
Pesawat berangkat dari Bandara Christchurch (Selandia Baru) dan terbang selama 10,5 jam menuju Antartika.
Di dalam pesawat ada 80 orang, 12 awak dan 68 penumpang.
Sebanyak 12 awak ini termasuk komandan, dua co-pilot, dan dua navigator, dua insinyur penerbangan, seorang operator radio, dan dua loadmaster.
Lockheed C-121 Constellation (Connie) sedang menuju ke Stasiun McMurdo ketika menghadapi badai yang dahsyat.
Salju dan es yang tertiup angin kencang membuat kondisi visibilitas hampir nol.
Mempertimbangkan keterpencilan lokasi Antartika di dunia, Pegasus tidak bisa begitu saja terbang kembali ke asalnya atau ke bandara yang sesuai di luar benua yang jauh, karena tidak akan ada cukup bahan bakar untuk melakukannya.
Crash Landing
Berdasarkan ingatan navigator kedua Robert O'Keefe, penulis Noel Gillespie, menceritakan kembali kisah tersebut, dengan mengatakan:
"Setengah jam dari McMurdo, cuaca memburuk, hingga jarak pandang nol dengan badai hebat, yang telah menyelimuti pangkalan.
Bahan bakar menipis dan tidak ada lapangan terbang alternatif, Komandan Greau dipaksa untuk 'mendaratkan' pesawat itu.