Warga Kampung Pitu pantang menyelenggarakan pertunjukan wayang kulit.
Sebab, gunung di sekitar desa tersebut dinamakan gunung wayang.
Sehingga, warga kampung pitu memegang kepercayaan untuk tidak menyelenggarakan pertunjukan wayang kulit.
Masyarakat di Kampung Pitu juga masih teguh dengan beberapa tradisi, misalnya dalam membangun rumah dan upacara-upacara.
"Mau mendirikan rumah pun harus sesuai perhitungan masyarakat Jawa pada umumnya, harus ada hari yang tepat. Selain itu ada kenduri," kata Yatnorejo.
Siapkan generasi penerus
Yatnorejo, sebagai sesepuh desa mengatakan, warga juga akan menyiapkan penerus untuk menempati Kampung Pitu.
Dia akan menunjuk satu anaknya untuk menemaninya tinggal di tempat tersebut.
Meski jauh dari pusat keramaian, hal itu tak menyurutkan minat generasi berikutnya untuk tinggal di sana.
Salah satunya Sarjono yang merupakan menantu Yatnorejo.
"Ingin tinggal di sini suatu saat nanti," akunya.
Baca juga: HTM dan Harga Photo Shoot Prewedding di Kawah Putih Ciwidey Terbaru 2021
Baca juga: Terkenal Enak, Ini 5 Tempat Makan Gudeg Legendaris di Jogja yang Wajib Dikunjungi
Baca juga: 6 Tempat Wisata Populer di Kulon Progo Jogja untuk Liburan Akhir Pekan
Baca juga: 5 Kuliner Khas Jogja yang Selalu Bikin Wisatawan Kangen, Ada Sate Klathak hingga Oseng Mercon
Artikel ini telah tayang di Tribunjogja.com dengan judul Kisah Asal-usul Kampung Pitu di Gunungkidul, Hanya Dihuni 7 Keluarga hingga Mitos Kepercayaan Warga
Baca tanpa iklan