TRIBUNTRAVEL.COM - Slow travel atau slow tourism belakan ini mulai digandrungi banyak orang apalagi saat pandemi Covid-19.
Slow travel ini merupakan gaya baru yang mulai populer dalam dunia pariwisata.
Lalu, apa sih sebenarnya slow travel itu?
Dilansir dari Kompas.com slow travel atau slow tourism adalah aktivitas liburan yang yang tidak terburu-buru dan lebih santai.
Slow travel biasanya dilakukan dalam jangka waktu tertentu dan cukup lama untuk mendapatkan pengalaman pariwisata yang lebih mendalam.
Hal ini ditujukan untuk menikmati perjalana selama aktivitas liburan berlangsung.
Baca juga: Mau Solo Traveling ke Labuan Bajo? Ini Pilihan Waktu Terbaik untuk Berkunjung
Di sisi lain, konsep slow travel atau slow tourism sering juga dikaitkan pada aspek pariwisata yang berkelanjutan atau sustainable tourism.
Hal tersebut berkaitan dengan sebuah upaya serius untuk membantu menjaga lingkungan melalui pariwisata.
Gaya liburan semacam ini konon tidak terlepas dari konsep slow food dan slow city yang digagas pertama kali di Italia pada 1980-an dan 1990-an.
Konsep slow travel sering dikaitkan dengan faktor transportasi dan mobilitas yang menyumbang banyak polusi akibatbahan bakar kendaraan.
Maka dalam hal ini slow travel yang digagas adalah liburan dengan transportasi yang memiliki emisi karbon rendah.
TONTON JUGA:
Sehingga dapat membantu mengurangi polusi udara serta meyimpan sumber daya energi yang mulai menipis.
Selain aspek tersebut di atas, slow travel juga memiliki banyak manfaat tidak hanya untuk lingkungan namun juga pada diri individu.
Slow tourism tidak menawarkan stres yang dapat dirasa oleh wisatawan sehingga bisa berwisata dengan lebih santai.