Akses berita terupdate se-indonesia lewat aplikasi TRIBUNnews

Mengapa Lampion Identik dengan Perayaan Tahun Baru Imlek? Inilah Penjelasannya

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Lampion yang dipasang di kawasan Pasar Gede, Solo.

TRIBUNTRAVEL.COM - Perayaan Imlek sudah menjadi tradisi warga Tionghoa setiap tahunnya.

Tentunya segala persiapan yang mencakup pernak-pernik sudah dilakukan untuk menyambut Tahun Baru Imlek.

Mulai dari angpau, makanan khas imlek, petasan, hingga lampion atau lentera merah.

Lampion biasanya ditemukan di rumah warga Tionghoa, pusat perbelanjaan, kelenteng, maupun restoran.

Meski tampak sederhana, bicara tentang lampion merah ternyata memiliki makna yang ada di dalamnya.

Dirangkum TribunTravel dari berbagai sumber, lampion merah memang tak bisa dipisahkan dari Perayaan Tahun Baru Imlek.

Baca juga: 7 Pantangan Saat Perayaan Imlek, dari Menangis hingga Keramas

Lampion merah bisa dibilang, Perayaan Tahun Baru Imlek kurang afdol dan meriah jika tak ada lampion yang menghiasi.

Lampion Pasar Gede Solo. (TribunTravel/Nurul Intaniar)

Dalam bahasa mandarin, lampion dikenal dengan sebutan dēng lóng atau dēng cǎi yang berarti sangkar atau tempat, sehingga jika diletakkan secara bersama sebagai tempat cahaya atau sumber cahaya.

Lampion merupakan perpaduan antara seni lukis, hiasan gunting kertas, origami dan sulaman yang menggunakan bahan bambu, kayu, rotan, batang gandum, tanduk hewan, bahan logam dan sutera.

Tradisi memasang lampion sudah ada sejak era Dinasti Xi Han yang berlangsung sekitar abad ke-3 masehi di China.

Awalnya, lampion terbuat dari kertas kain, atau kulit binatang.

Pasalnya, memang masa pembuatan lampion bersamaan dengan terciptanya teknik pembuatan kertas.

Lampion terbuat dari rangka bambu, dan berwarna merah.

Namun, kini lampion mulai diidentikkan sebagai simbol Perayaan Thaun Baru Imlek dalam penanggalan Tionghoa pada masa Dinasti Ming.

Lampion yang terbuat dari bahan ringan melambangkan pribadi yang rendah hati dan ringan dalam membantu orang lain.

Sehingga orang tersebut senantiasa dapat memudahkan jalan untuk menggapai puncak dari tujuan kehidupan dengan adanya respon sosial yang baik.

Makna warna merah pada lampion

Warna merah pada lampion memiliki makna tersendiri.

Yakni, simbol pengharapan bahwa di tahun yang akan datang diwarnai dnegan keberuntungan, rezeki dan kebahagiaan.

Sementara, saat lilinnya dinyalakan, maka cahaya merah ini melambangkan harapan dan semangat yang menyala-nyala.

Sehingga nantinya dengan berdoa, berusaha, dan berharap yang terbaik kepada Sang Pencipta maka seseorang akan selalu diberikan kebahagiaan dan keberuntungan yang mengiringi setiap langkahnya.

Bagi warga Tionghoa, lampion juga memiliki arti kebersamaan, persatuan, bisnis yang lancar dan sukses, semangat, kebahagiaan dan sebagai penerang dalam hidup.

Selain itu, lampion juga menggambarkan sebagai pengusir kekuatan jahat.

Kekuatan jahat ini berasal dari raksasa yang murka bernama Nian.

Sehingga, lampion yang terpasang di rumah warga Tionghoa bertujuan untuk mengusir pengaruh jahat yang akan memasuki rumah tersebut.

Seiring berjalannya perkembangan zaman, kini lampion dibuat dengan beragam bentuk sehingga membuat Perayaan Tahun Baru Imlek semakin meriah.

Baca juga: 6 Kue Tradisional Khas Imlek, Ada Kue Keranjang hingga Kue Tapel

Baca juga: 10 Fakta Tahun Baru Imlek, Identik dengan Warna Merah hingga Disebut Festival Musim Semi

Baca juga: Berburu Pernak-Pernik Khas Perayaan Tahun Baru Imlek di Pasar Glodok, Jakarta Barat

Baca juga: 5 Perayaan Tahun Baru Imlek di Indonesia yang Unik, Ada Mandi Bersama di Sumur Tujuh Lubang

Baca juga: 7 Hal yang Identik dengan Perayaan Tahun Baru Imlek, Warna Merah hingga Kue Keranjang

(TribunTravel.com/ Septi Nandiastuti)