"Ini adalah otak kota," Marco Bettini dari Venis, perusahaan yang membangun sistem tersebut, mengatakan kepada CNN.
"Kami mengetahui secara real time berapa banyak orang di setiap bagian kota, dan dari negara mana mereka berasal," tambahnya.
Informasi yang dilacak termasuk lalu lintas kanal, waktu keberangkatan dan kedatangan angkutan umum, dan angka pejalan kaki.
Angka pejalan kaki diukur menggunakan kamera CCTV yang dipasang di sekitar kota.
Tangkapan CCTV tersebut kemudian digabungkan dengan data ponsel yang dapat menunjukkan dari mana pengunjung berasal berdasarkan dari mana ponsel tersebut terdaftar dan digunakan.
Tujuannya adalah dengan memahami dimana, kapan, dan bagaimana para wisatawan bergerak di Venesia.
"Masalahnya bukan karena Venesia memiliki terlalu banyak pengunjung," Valeria Duflot, salah satu pendiri Venezia Autentica.
"Masalahnya adalah semua pengunjung pergi ke dua tempat yang sama, yakni Lapangan Santo Markus dan Jembatan Rialto," ungkapnya.
Sementara sistem baru berharap dapat menerapkan metode paling praktis untuk mengurangi kelebihan turis, Venesia telah lama mencoba mengambil tindakan dengan cara lain
Kota ini memiliki laporan wisata, sehingga para pelancong dapat merencanakan kunjungannya dengan menghindari hari-hari sibuk.
Venesia juga menawarkan rencana perjalanan alternatif untuk menjelajahi daerah di luar tempat-tempat favorit yang umumnya dipenuhi banyak turis.
Baca juga: Kapasitas Gondola di Venesia Dikurangi karena Banyak Turis Kelebihan Berat Badan
Baca juga: 5 Tempat Indah di Dunia yang Rusak Akibat Ulah Turis, Ada Boracay hingga Venesia
Baca juga: Dua Turis Jerman Didenda Rp 11 Juta Setelah Berenang di Kanal Venesia
Baca juga: Hanya 2 Hari Setelah Italia Buka Kembali Perbatasan, Venesia Malah Terendam Banjir
Baca juga: Imbas Lockdown di Italia, Ubur-ubur Terlihat Berenang Bebas di Kanal Venesia
(TribunTravel.com/Muhammad Yurokha M)
Baca tanpa iklan