TRIBUNTRAVEL.COM - Black box atau kotak hitam selalu dicari usai tragedi kecelakaan pesawat terjadi.
Bukan tanpa alasan, kotak hitam disebut-sebut dapat mengungkap penyebab kecelakaan.
Lalu sebenarnya apa itu black box?
Mengutip dari National Public Radio (NPR), sebuah pesawat biasanya memiliki dua kotak hitam.
Flight Data Recorder (FDR) atau perekam data penerbangan, yang menyimpan informasi tentang parameter tertentu seperti kontrol penerbangan dan kinerja mesin.
Sementara itu, Cockpit Voice Recorder (CVR) atau perekam suara kokpit yang merekam suara latar belakang dan percakapan antara anggota kru dan kontrol lalu lintas udara.
Baca juga: Rute Sriwijaya Air SJ182 Bisa Ditampilkan Secara 3D Melalui Google Earth
Kedua bagian black box itu merupakan alat perekam yang ada dalam pesawat untuk menjalankan fungsinya masing-masing.
Black box sendiri tidaklah berwarna hitam, melainkan oranye.
Hal ini bertujuan agar lebih mudah ditemukan saat tertimbun reruntuhan.
Untuk melindungi memori di dalamnya, black box dilapisi dengan aluminium dan titanium.
Dengan begitu, black box dapat menahan percepatan 3.400 Gs (3.400 kali gaya gravitasi), yang sama dengan kecepatan benturan sekitar 310 mph.
Kotak hitam juga dapat menahan api hingga 2.000 derajat Fahrenheit selama satu jam.
Selain itu, black box dapat memancarkan sinyal sekali per detik selama 30 hari saat tenggelam di kedalaman hingga 20.000 kaki.
Namun sinyal tersebut tidak dapat didengarkan oleh telinga manusia, melainkan dengan alat pendekteksi yang disebut dengan sonar.
Seperti yang terjadi pada insiden jatuhnya pesawat Sriwijaya Air SJ 182 rute Jakarta-Pontianak di antara Pulau Laki dan Lancang, Kepulauan Seribu pada Sabtu (9/1/2021).