Ia mengecat ulang busnya menjadi warna oren agar terlihat mencolok.
Bagian dinding bagian samping dan belakang dipotong agar juru masak merasa leluasa.
Bagian atapnya juga ditinggikan sehingga karyawan bisa nyaman ketika memasak.
Di dalam bus itu terdapat dua buah kompor, alat pemanggang, kulkas, freezer, rak-rak berisi piring dan peralatan masak.
"Untuk tempat membuat minuman seperti kopi saring khas Aceh berada di luar," ucapnya.
Ketika mulai buka, bus itu dikeluarkan dari dalam Balai Sudirman.
Bus akan dimasukkan kembali bila hendak tutup.
Mobilitas bus hanya sebatas itu saja.
Dalam sebulan, Hanif hanya mengisi bahan bakar jenis solar sebanyak 10 liter.
Kuliner Kaya Rempah Khas Aceh
Hanif memang menyuguhkan sajian kuliner khas kampung halamannya asal Serambi Mekah.
Mulai dari nasi goreng, mi, martabak dan roti canai. Pilihan minumannya juga khas. Antara lain, kopi saring, teh tarik dan es timun.
Harganya pun cukup terjangkau.
Dalam meracik resep, ia belajar dengan pamannya yang sudah berjualan mi aceh selama 30 tahun.
Akan tetapi, Hanif tidak sepenuhnya meniru resep pamannya.
Baca tanpa iklan