Cloud kitchen dinilai Bram bisa memangkas biaya operasional untuk membuka bisnis makanan.
Sebab, pemain bisnis Food and Beverage (F&B) hanya membutuhkan dapur dan tidak perlu memikirkan tempat makannya.
Selain itu bisnis ini juga cocok dijalankan untuk pengusaha F&B yang baru memulai usahanya dengan modal minim.
Untung dan hambatan pakai konsep cloud kitchen
Bram mengatakan jika hambatan sebenarnya saat membuka bisnis apapun adalah modal.
Namun, dengan konsep dapur bersama ini dinilai lebih hemat dan efisien, yang bisa memotong besarnya kebutuhan modal awal.
“Untuk yang punya modal minim, bisa menyewa dapur dari pemain cloud kitchen lainnya," jelas Bram.
Ia menyebutkan sekarang banyak para pemain cloud kitchen yang menyewakan dapurnya..
Namun bukan hanya modal awal yang dibutuhkan. Bram menekankan, kalau bisnis makanan yang menggunakan konsep ini harus benar-benar menjual makanannya dengan rasa yang sangat enak.
Sebab, daya saing yang bisa ditonjolkan dari produknya adalah rasa makannya itu sendiri. Hal ini dilihat karena, cloud kitchen tak memiliki konsep restoran yang menjadi ciri khas.
Jika makanan yang dijual enak dan disukai konsumen, maka konsumen akan melakukan repeat order (pemesanan ulang) dan berpotensi menjadi langganan.
Walaupun banyak keuntungan, ada beberapa hambatan saat menjalankan bisnis makanan dengan konsep cloud kitchen.
“Memang cloud kitchen jatuhnya akan lebih murah (modalnya), tapi keuntungan per-ordernya lebih kecil dibanding dengan konsep dine in,” paparnya.
“Lalu marketingnya juga susah ya karena kita jualannya di tengah ratusan ribu pemain lain yang sama-sama jualan di platform delivery,” jelas Bram.
Sementara untuk bisnis dengan konsep restoran atau dine in akan memiliki daya jual lain seperti tempat makan yang unik atau lokasi yang strategis.