Akses berita terupdate se-indonesia lewat aplikasi TRIBUNnews

Inilah Makna Menakjubkan dari Gambar yang Terukir di Tebing 12.500 Tahun Lalu

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi ukiran dinding, Jumat (4/12/2020).

TRIBUNTRAVEL.COM - Puluhan ribu gambar tebing yang berasal dari zaman es telah diungkapkan.

Gambar yang terukir di lokasi hampir delapan mil dari tebing hutan hujan Amazon Kolombia ini ternyata memiliki makna yang luar biasa.

Para arkeolog menyebut penemuan itu sebagai “the Sistine Chapel of the ancients" alias Kapel Sistina Kuno.

Gambar yang terukir di tebing itu telah berusia 12.500 tahun, lapor Forbes, Kamis (3/12/2020).

Itu menjadi satu koleksi lukisan tebing prasejarah terbesar di dunia.

Mural oker merah tersebut menggambarkan beragam makhluk, mulai dari manusia, kuda, tapir, ikan, aligator, kura-kura, burung, hingga spesies yang sudah punah termasuk kungkung raksasa, mastodon, unta punah, dan ungulata berjari tiga (mamalia berkuku) dengan belalai.

Baca juga: Ingin Cari Posisi Foto Keren di Tebing, Influencer Ini Malah Tergelincir ke dalam Air

Hewan-hewan ini semuanya dilihat dan dilukis oleh beberapa manusia pertama yang mencapai Amazon.

Gambar mereka memberikan gambaran sekilas tentang peradaban kuno yang hilang, lapor The Guardian.

Lukisan di tebing hutan hujan Amazon (Marie-Claire Thomas/Wild Blue Media via TheGuardian)

Seperti itulah skala lukisan yang akan mereka ambil dari generasi ke generasi untuk dipelajari.

Iriarte dan tim Inggris-Kolombia telah menemukan kumpulan gambar pertama yang sangat besar pada 2017.

Akan tetapi mereka masih merahasiakannya hingga sekarang karena difilmkan untuk serial utama Channel 4 yang akan diputar pada bulan Desember yaitu "Jungle Mystery: Lost Kingdoms of the Amazon".

Situs ini berada di Serranía de la Lindosa di mana lokasinya bersama dengan taman nasional Chiribiquete, seni cadas lainnya telah ditemukan.

Presenter film dokumenter itu, Ella Al-Shamahi, seorang arkeolog dan penjelajah, mengatakan kepada Observer, "Situs baru ini sangat baru, mereka bahkan belum memberinya nama."

Para seniman prasejarah memilih dinding batu halus yang terlindung dari hujan sebagai kanvas untuk lukisan rinci mereka.

Beberapa gambar sangat tinggi di dinding tebing sehingga para peneliti harus menggunakan drone untuk memotretnya.

Halaman
123