Akses berita terupdate se-indonesia lewat aplikasi TRIBUNnews

Sering Dapat Perlakuan Tak Adil dari Pilot, Mantan Pramugari Ini Ungkap Caranya Balas Dendam

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi - Pramugari Pan Am yang sedang melayani penumpang first class.

TRIBUNTRAVEL.COM - Bekerja menjadi seorang pramugari tidak selamanya berjalan lancar.

Sama seperti profesi lainnya, menjadi seorang pramugari juga memiliki tantangan tersendiri, termasuk lingkungan kerja yang tidak kondusif.

Seperti yang dialami oleh seorang mantan pramugari maskapai Pan Am ini.

Pan Am adalah salah satu maskapai penerbangan paling populer antara tahun 1929 hingg 1991, yang disebut sebagai jaman keemasan perjalanan udara.

Baca juga: Viral Video TikTok Penumpang Masak Steak di Toilet Pesawat, Ini Tanggapan Maskapai Penerbangan

Awak kabin pesawat pun punya tanggungjawab untuk menyediakan kemewahan terbaik dunia bagi awaknya.

Namun, inilah yang sering membuat ketegangan antara pilot dan awak kabin (pramugari).

Seorang mantan pramugari telah berbagi cerita tentang pilot yang menindasnya di dalam pesawat.

Melansir laman express.co.uk, Rabu (2/12/2020), Ia berbagi kisahnya ini dalam buku Food and Aviation in the Twentieth Century: The Pan American Idela oleh Dr Bryce Evans, Associate Professor dalam Sejarah di Liverpool Hope University berbicara dengan sejumlah mantan pekerja maskapai penerbangan.

Dalam salah satu percakapan ini, seorang pramugari menjelaskan bagaimana dia menggunakan obat tetes mata untuk membalas dendam atas perlakuan tak adil yang diterimanya.

Ilustrasi - Pesawat Pan Am. (Flickr.com/ Andrew Thomas)

"Banyak mantan pramugari mengingat ketidaksukaan yang mereka rasakan terhadap pilot yang memandang diri mereka sebagai 'Dewa Langit' dan yang akan mengeluh dan sesekali merajuk jika mereka tidak mendapatkan makanan yang mereka minta," jelas Dr Evans.

"Seseorang ingat pernah sangat kesal dengan sikap penindasan yang terus-menerus dari seorang pilot terkenal yang kejam sehingga dia merencanakan berbagai cara untuk memberinya alasan," lanjutnya.

Ia mengungkapkan, "Obat tetes mata banyak tersedia pada saat itu karena saat itu merokok diijinkan di dalam pesawat, pramugari harus berjalan bolak-balik melalui ruang tertutup yang penuh dengan awan asap tebal, yang membuat mata terbakar dan membuat obat tetes mata menjadi kebutuhan perjalanan."

"Oleh karena itu, pada suatu kesempatan, setelah menderita apa yang dia anggap sebagai teguran yang tidak adil, dia diam-diam menambahkan campuran tetes mata ke kopi pilot, yang memiliki efek pencahar yang kuat," jelasnya.

Penindasan dan perlakuan tidak adil yang dilakukan pilot mungkin dikarenakan perlakuan khusus yang mereka terima selama berada di dalam pesawat.

Pilot sering disajikan makanan yang dibuat khusus hanya untuk mereka, yang baru dimasak di dalam pesawat sesuai standar kemewahan Pan Am.

Halaman
12