Sementara Kuncen Situs Makam Pangeran Pasarean, R Hasan Ashari, mengatakan, terdapat makna tersendiri dalam penyajian apem dalam tradisi Rebo Wekasan.
Menurut dia, salah satu cara agar masyarakat selalu diberi keselamatan ialah menjaga manisnya perkataan dan selalu menyampaikan hal yang baik-baik.
Karenanya, perkataan baik itu harus diawali dengan menyantap makan manis seperti apem yang dicocol gula merah.
"Filosofi apem ini kita harus mengatakan yang manis-manis dan jangan menyinggung orang lain supaya selalu selamat," ujar R Hasan Ashari.
Apem sendiri dibuat dari tepung beras yang dicampur air hangat dan tape singkong, kemudian diaduk hingga rata.
Biasanya apem dibuat pada sore hari dan didiamkan semalaman, agar tekstur apem menjadi lebih lembut dan mengembang.
Setelah didiamkan, pagi harinya adonan akan dicetak, dan apem bisa digarang maupun dikukus.
Tape singkong sendiri memberikan rasa asam pada apem. Namun, tidak terlalu asam, sehingga terasa lembut.
Apem disajikan bersama gula merah cair. Untuk menyantapnya pun apem harus dicocol ke gula merah agar rasanya semakin nikmat.
Sejarah Rebo Wekasan
Tradisi rebo wekasan digelar di Situs Makam Pangeran Pasarean, Kelurahan Gegunung, Kecamatan Sumber, Kabupaten Cirebon, Rabu (14/10/2020).
Kuncen Situs Makam Pangeran Pasarean, R Hasan Ashari, mengatakan, tradisi tersebut berlangsung sejak ratusan tahun lalu.
Menurut dia, rebo wekasan digelar pada Rabu terakhir bulan Safar dalam penanggalan Hijriyah.
"Tradisi ini ada sejak era Wali Sanga, dan memang tidak lepas dari pengaruh ajaran Islam," kata R Hasan Ashari saat ditemui seusai kegiatan.
Ia mengatakan, seluruh rangkaian tradisi rebo wekasan juga mempunyai makna dan sejarah tersendiri.