Akses berita terupdate se-indonesia lewat aplikasi TRIBUNnews

Sejumlah Gurita hingga Anjing Laut di Timur Jauh Rusia Mati Massal, Apa Penyebabnya?

Penulis: Ratna Widyawati
Editor: Sinta Agustina
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi - gurita laut.

TRIBUNTRAVEL.COM - Sejumlah makhluk laut di lepas pantai Kamchatka bagian timur jauh Rusia mati secara massal.

Kematian massal ini kemungkinan besar disebabkan oleh ganggang beracun dan bukan akibat ulah manusia.

Beberapa pekan lalu, sejumlah penemuan menimbulkan kekhawatiran adanya pencemaran laut yang besar.

Terdapat banyak unggahan di media sosial yang menunjukkan gurita mati, anjing laut dan makhluk lainnya yang bernasib serupa.

Baca juga: Fenomena Langka Blue Moon akan Hadir Bertepatan dengan Halloween, Bawa Suasana Menyeramkan

Penduduk sekitar lepas pantai Kamchatka juga mengeluhkan muntah dan sakit.

Namun, dilansir dari BBC, Juru bicara Komite Penyelidikan Rusia mengatakan tidak ada tumpahan minyak apa pun di daerah itu.

Svetlana Petrenko, juru bicara itu menambahkan, tidak ditemukan tanda-tanda keracunan pada mereka (warga) yang berobat.

Juga tidak pada makhluk laut yang ditemukan mati.

"Tidak ada logam berat yang ditemukan dalam sampel air, tanah, atau makhluk laut. Semua ini menegaskan versi pencemaran alam, termasuk akibat merekahnya fitoplankton," katanya.

Analisis awal menduga adanya produk minyak dan fenol di dalam air, tetapi Petrenko mengatakan peningkatan kadar zat ini tidak kritis dan telah ada di daerah tersebut sejak 1970.

Menteri Sumber Daya Alam Dmitry Kobylkin mengatakan kepada media Rusia bahwa masih belum jelas mengapa ini terjadi dan penting untuk mengetahui mengapa ganggang yang sebelumnya disebutkan itu sangat beracun.

"Kami ingin melihat mengapa ada penurunan oksigen di air... Saya belum punya jawaban untuk ini," katanya, dikutip Reuters.

Ketika peristiwa itu pertama kali terungkap pada akhir September, laporan mengatakan bahwa perairan di pantai Khalaktyr telah berubah warna dan memiliki bau yang khas.

Penduduk lokal di sekitar tempat itu mengeluh muntah, demam, ruam dan kelopak mata bengkak.

Kelompok lingkungan Greenpeace menggambarkan insiden itu sebagai bencana ekologis.

Halaman
12