TRIBUNTRAVEL.COM - Nusantara merupakan pemeran penting dalam aktivitas perdagangan internasional di Asia Tenggara.
Hal ini disampaikan salah seorang perwakilan dari Museum Bank Indonesia Winarni Soewarno.
Menurut dia, Nusantara telah lama dikenal sebagai pemasok rempah-rempah.
“Jauh sebelum bangsa Eropa melakukan aktivitas perdagangan di Asia Tenggara, Nusantara jadi satu pemain penting dalam perdagangan dunia,” kata Winarni.
Pernyataan itu ia sampaikan dalam International Forum On Spice Route 2020 bertajuk Celebrating Diversity and Intercultural Understanding Through Spice Route as One of the World’s Common Heritage, Kamis (24/9/2020).
Sejumlah rempah dijual para pedagang Nusantara utamanya adalah pala, cengkeh, lada, dan kayu manis.
Rempah Nusantara sangat terkenal pada saat itu lantaran memiliki banyak manfaat.
“Untuk bumbu, menghilangkan rasa tidak sedap dan bau pada makanan, mengawetkan makanan, jaga kondisi makanan tetap segar,” ujar Winarni.
Selanjutnya, rempah-rempat juga memiliki rasa dan aroma yang dianggap menyenangkan bagi masyarakat dari luar Nusantara.
Punya nilai ekonomi yang tingi
Kepopuleran rempah pun berkembang secara bertahap seiring berjalannya waktu hingga akhirnya menjadi sebuah komoditas dengan nilai ekonomi yang tinggi.
“Satu pon biji pala, sekitar 0,45 kilogram, itu dinilai setara dengan tujuh ekor lembu gemuk. Sekarang saja lembu harganya sudah berapa juta,” kata Winarni.
Ia melanjutkan, saat itu terdapat tiga jenis rempah termahal di dunia, yakni pala, cengkeh, dan lada.
Pala yang dijual pada saat itu berasal dari Pulau Run, Kepulauan Banda.
Sementara Cengkeh dari Ternate, Tidore, Halmahera, Seram, dan Ambon.
Untuk lada, rempah yang dijual pada saat itu dihasilkan dari Banten, Sumatera, dan Kalimantan Selatan.
“Karena trinitas rempah tadi harganya mahal, pedagang China dan Arab yang sudah lebih dulu tahu tentang Nusantara yang menghasilkan rempah berusaha merahasiakannya dari orang-orang Eropa,” ujar Winarni.
Harga rempah yang meroket
Para pedagang China dan Arab sengaja menutupi Nusantara agar mereka mendapat keuntungan yang lebih.
Pasalnya, rempah dijual dengan harga yang cukup tinggi di Eropa.
Selain karena manfaat, kualitas, dan aroma yang dihasilkan, rempah-rempah yang dijual oleh para pedagang tersebut kepada saudagar Eropa juga dibumbui dengan cerita agar nilainya semakin mahal.
“Cerita seru seperti rempah didapat dari kawasan yang sangat terisolasi, tempatnya seram, menakutkan, juga penuh hal-hal mistis. Ini yang mengangkat harga rempah jadi sangat dihormati di Eropa,” kata Winarni.
• Resep Odading Kekinian Rasa Red Velvet, Mudah Dibuat dengan Tambahkan Dua Bahan
• 5 Lauk yang Wajib Ada Bagi Orang saat Sarapan, Ternyata Praktis dan Mudah Dibuat
• 7 Kuliner Enak di Jakarta untuk Menu Sarapan, Ada Bubur Ayam, Soto hingga Gado-gado
• Karyawan McDonalds Ini Sering Traktir Pelanggannya Secara Diam-diam
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Rempah Indonesia Pernah Jadi yang Termahal di Dunia, 1 Pon Pala Setara 7 Sapi"
Baca tanpa iklan