Akses berita terupdate se-indonesia lewat aplikasi TRIBUNnews

Studi Terbaru Ungkap Penyebab Lain Tenggelamnya Kapal Titanic

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

RMS Titanic, bersiap untuk berangkat dari Pelabuhan Southampton, pergi ke Normandy dan menjemput penumpang, lalu memulai pelayaran perdananya ke New York.

TRIBUNTRAVEL.COM - Pada malam 14 April 1912, satu kecelakaan laut terburuk - dan mungkin paling terkenal - dalam sejarah terjadi.

Ketika kapal penumpang Inggris, RMS Titanic, menabrak gunung es dan tenggelam di Samudra Atlantik Utara.

Dari 2.240 penumpang dan awak kapal, sekira 1.500 tewas.

Sekarang, sebuah penelitian baru menunjukkan jika bukan hanya gunung es yang menyebabkan kecelakaan kapal Titanic.

Gangguan dari Cahaya Utara malam mungkin telah berkontribusi pada bencana kapal Titanic.

Diberitakan Live Science, peneliti cuaca dan fotografer independen Mila Zinkova memeriksa kondisi cuaca pada malam Titanic tenggelam.

Menurut saksi mata korban selamat dan log kapal, garis warna-warni Cahaya Utara, juga dikenal sebagai Aurora Borealis, terlihat kuat pada malam tragedi itu.

Studi yang diterbitkan dalam jurnal Weather pada Agustus 2020 itu melanjutkan dengan mengandaikan bahwa geomagnetisme aurora mungkin telah mengganggu sistem navigasi serta komunikasi kapal titanic, yang kemungkinan menghambat upaya penyelamatan selanjutnya.

Menurut NASA, aurora terbentuk di langit malam akibat badai matahari yang ditimbulkan oleh matahari.

Badai matahari ini mengandung tumpukan partikel bermuatan yang terkadang cukup kuat untuk melakukan perjalanan sampai ke Bumi.

Saat gas berlistrik ini bertemu dengan atmosfer bumi dan bergerak melalui medan magnet planet, ia berinteraksi dengan gas atmosfer seperti oksigen yang kemudian bersinar hijau, merah, ungu, dan biru.

Badai ini juga dapat mengganggu sinyal listrik dan magnet bumi, menyebabkan gelombang dan gangguan TribunTravel melansir dari Allthatsinstesting.

Seperti yang dicatat Zinkova dalam makalahnya, jika badai matahari atau badai geomagnetik cukup kuat untuk menghasilkan aurora, maka energi magnet yang sama mungkin cukup kuat untuk mempengaruhi sistem navigasi dan komunikasi.

James Bisset, perwira kedua dari RMS Carpathia yang berhasil menyelamatkan beberapa orang yang selamat, mencatat dalam catatannya pada malam penyelamatan, "Tidak ada bulan, tapi Aurora Borealis berkilauan seperti sinar bulan yang menyembur dari ufuk utara."

Bahkan saat Carpathia tiba untuk menyelamatkan korban lima jam kemudian, Bisset melaporkan bahwa dia masih bisa melihat "sinar kehijauan" Cahaya Utara.

Halaman
12