Saat pandemi ini, banyak anak-anak dan pemuda yang lebih banyak belajar dan bekerja dari rumah.
Mereka pun tergagas untuk membuat lagi wisata getek ini.
"Awalnya dulu sudah pernah ada pada tahun 2010, terus hilang terkena banjir. Dulu yang naik bule-bule itu pada tahun 2010. Setelah pandemi ini, banyak anak-anak yang pada di rumah. Ada yang bekerja dari rumah. Terus ada ide untuk bikin kegiatan membuat getek lagi," tutur Hani, saat ditemui di Wisata Getek Bambu, Minggu (20/9/2020).
Para pemuda yang tergabung dalam Gerakan Muda Mudi Pucungan Candirejo atau Gempar segera membikin getek ini.
Tanpa modal sepersen pun dan bantuan bambu dari warga, mereka bergotong royong membuat perahu rakit dari bambu ini.
Tak perlu waktu lama, getek bambu jadi dalam waktu dua hari.
Pembuatan getek pada bulan Juli 2020 lalu.
Wisatanya sendiri mulai beroperasi pada 18 Agustus 2020.
"Ini bikinnya sekitar habis lebaran bulan Juni-Juli 2020. Tapi mulai diresmikan pada 18 Agustus 2020. Geteknya baru ada dua. Kapasitas yang besar sebanyak 15 orang. Kapasitas getek yang kecil, tujuh orang penumpang. Panjangnya untuk getek ukuran besar 16 meter," kata Hani.
Setiap perjalanan, kurang lebih 20-30 menit berlayar.
Satu rombongan terdiri dari enam orang cukup membayar Rp 30ribu saja.
Tiga orang penyatang akan menemani para pengunjung selama menaiki getek.
Pelampung untuk keamanan juga selalu dikenakan.
"Rutenya dari sini ke atas sana, durasi sekitar 20-30 menit. Harganya Rp 30.000 per enam orang. Dioperasikan 2-3 orang. Nahkodanya menggunakan tenaga manusia. Memakai bambu panjang atau satang untuk menggerakkan gethek. Yang mengoperasikan satang, penyatang," katanya.
Untuk paket makan dihargai dari Rp 25 ribu sampai Rp 100 ribu tergantung pesanan.
Baca tanpa iklan