TRIBUNTRAVEL.COM - Duduk di antara sejumlah orang asing dalam penerbangan mungkin terasa seperti posisi yang berisiko selama pandemi Covid-19.
Tetapi menurut beberapa ahli yang menunjukan sangat sedikit kasus penularan dalam penerbangan yang tercatat.
Kemungkinan tertular Covid-19 saat penerbangan sebenarnya relatif kecil.
Ketakutan terbang selama pandemi rupanya berdampak pada penurunan lalu lintas udara global yang telah dibatasi karena penutupan perbatasan.
• Pakai Modus Takut Terbang, Mahasiswa Ini Lecehkan Pramugari dan Penumpang Lain
Dilansir dari laman CNN Travel, Minggu (20/9/2020), dalam satu kasus, sekitar 328 penumpang dan awak kabin dites Covid-19 pada penerbangan dari AS ke Taiwan tanggal 31 Maret 2020.
Dalam penerbangan tersebut membawa 12 penumpang yang memiliki gejala Covid-19, namun semua penumpang lainnya dinyatakan negatif, begitu juga dengan awak kabin.
Meski ada kasus penumpang yang terinfeksi atau menularkan virus ke awak kabin atau sesama penumpang dalam beberapa bulan terakhir, tingkat penularannya rendah.
Salah satu penjelasan untuk tingkat penularan yang rendah adalah adanya sirkulasi dan filterisasi udara di dalam kabin pesawat.
Pesawat terbang memiliki sistem sirkulasi dan penyaringan udara, yang menganti udara segar tiap dua hingga tiga menit sekali.
Selain itu, sebagian besar pesawat juga dilengkapi dengan filter udara yang dirancang untuk menangkap 99,99 persen partikel udara.
Sementara itu, berbagai protokol kesehatan baru telah diterapkan.
Seperti penggunaan masker bagi penumpang dan awak kabin, pemeriksaan suhu, serta pembersihan kabin yang lebih insentif hingga pembatasan jumlah penumpang.
Profesor Statistik di Sekolah Manajemen Sloan Institut Teknologi Massachusetts, Arnold Barneet mencoba menghitung kemungkinan terinfeksi Covid-19 saat berada dalam penerbangan singkat.
Dalam penelitiannya baru-baru ini, Barneet melihat adanya manfaat dari kebijakan kursi tengah.
Risiko Penularan Covid-19 Rendah
Baca tanpa iklan