Akses berita terupdate se-indonesia lewat aplikasi TRIBUNnews

Filosofi Tempe dalam Budaya Jawa, Jadi Simbol Kerja Sama dan Keharmonisan dalam Rumah Tangga

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Menu praktis Tumis buncis tempe manis, Jumat (1/5/2020).

TRIBUNTRAVEL.COM - Tempe bagi orang Jawa seperti makanan yang dekat dengan kehidupan sehari-hari.

Lebih dari sekadar bahan makanan, tempe memiliki makna yang melekat pada budaya Jawa.

Peneliti pusat studi pandan dan gizi Universitas Gadjah Mada, Murdijati Gardjito, menjelaskan tempe memiliki kiasan dan filosofi.

“Di suku Jawa terdapat kiasan ‘Yen atine becik, tempene apik’ jadi tempe itu hanya bisa dibuat oleh orang-orang yang hatinya itu bagus, prilakunya bagus. Artinya rumah tangganya harmonis dapat memelihara hubungan kekeluargaan rumah tangganya dengan baik,” papar Murdijati kepada Kompas.com, Selasa (8/9/2020).

Zaman dahulu, pembuatan tempe memerlukan kerja sama antar anggota keluarga.

Murdijati menjelaskan, proses merebus dan mengupas kedelai biasanya dilakukan kaum laki-laki.

“Tetapi setelah kedelai rebusnya dikupas dan diberi usar (ragi tradisional), selanjutnya yang mengusari adalah perempuan. Perempuan juga harus bersih artinya tidak sedang menstruasi,” jelas Murdijati.

Proses membungkus tempe juga dilakukan oleh perempuan.

Selain itu, saat menjual tempt ke pasar juga termasuk tugas perempuan.

Hal itu menjadi bukti jika membuat tempe di rumah itu merupakan pekerjaan kebersamaan suami dan istri.

Simbol tersebut berkembang pada masyarakat suku Jawa.

Tempe menyimbolkan kehidupan yang harmonis antar gender dalam kehidupan rumah tangga orang Jawa.

Membuat tempe juga dekat sekali dengan kehidupan manusia Jawa.

Tempe (vegansociety.com)

Bisa dilihat daun jati yang selalu menjadi bungkus tempe.

Tanaman ini sangat dekat dengan masyarakat Jawa.

Halaman
12