Dari berjualan dengan pikulan ini Mbah Karso mengajak warga dari desanya ikut berjualan sepertinya.
Dahulu yang hanya terikan ditambah juga makanannya seperti jadah bakar, singkong, getuk, kacang, dan aneka sate yang ada sampai sekarang.
Macam-macam lauk dimasukkan dalam wadah dari daun pisang yang disebut takir.
Selain aneka lauk, ditambah juga nasi kucing.
Kehadiran nasi kucing ini malah menggeser pamor terikan, ini asal dari nasi kucing di angkringan.
Nama asal dari angkringan di Solo adalah warung hik.
Asal muasal nama unik ini memiliki beragam versi.
"Ada yang menduga dari cara penjualnya menjajakannya dengan sahutan 'Hiyeek!'. Ada yang bilang pembelinya sendawa seperti itu. Versi lainnya saat penjual tersandung mengatakan 'hiyek!'. Jadi tidak pasti asal kata 'hik' itu," ungkap Suwarna.
Kepopuleran warung hik di Solo pada 1940-an akhirnya merambah ke Yogyakarta pada 1950an, baru nama angkringan lahir.
Penyebaran angkringan di Indonesia
Kata angkringan sendiri lahir dari Yogyakarta. Selain angkringan, sebutan lainnya dari Yogyakarta adalah wedangan, warung koboi, dan sego kucing.
Setelah dari Yogyakarta angkringan juga ada
• 4 Angkringan di Semarang untuk Makan Malam, Wajib Mampir ke Angkringan Blendoek
di Semarang.
Karena Yogyakarta banyak pendatang akhirnya angkringan meluas di Indonesia.
Pada 1970-an, pedagang angkringan beralih dari pikul menjadi gerobak.