Penamaan apem dipengaruhi budaya India dan Arab
Penamaan kue apem di Nusantara konon dipengaruhi oleh dua kebudayaan besar yakni India dan Arab. Istilah ini merujuk pada kata ‘afuan, afwan, affan, atau afuwwun’ dalam bahasa Arab yang berarti maaf atau pengampunan.
“Dalam konteks ini, apem dipandang sebagai simbol permohonan ampun atas berbagai kesalahan. Orang Jawa menyederhanakan kata Arab ini dengan ‘apem’,” kata Travelling Chef Wira Hardiansyah ketika dihubungi Kompas.com, Rabu (19/8/2020).
“Tujuan penggunaannnya adalah agar masyarakat terdorong untuk selalu memohon ampun kepada Sang Pencipta,” lanjutnya.
Kue apem diyakini merupakan variasi dari kue Khamir di Arab yang biasa disantap untuk sarapan dan samilan sore hari.
Khamir berbentuk bundar, pipih, berwarna coklat, dan hampir menyerupai kue apem atau serabi tapi lebih besar dan bantet. Namun cara pembuatannya berbeda dari kue apem di Indonesia.
Kue apem yang jadi elemen penting dalam perayaan Tahun Baru Islam dijadikan simbol permohonan ampun kepada Tuhan atas perbuatan dosa setahun lalu.
“Sebelum kue Apem dibagi-bagikan selepas sholat jama’ah Maghrib ataupun Isya’, para jama’ah lantunkan kalimat-kalimat tayyibah – dalam hal ini adalah tahlil dan istighosah,” jelas Chef Wira.
“Dengan harapan supaya dalam menjalankan kedepanya merasa tenang dan berlapang dada, sebab Allah memaafkan segala dosa yang telah mereka perbuat,” pungkasnya.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Filosofi Apem pada Tahun Baru Islam, Simbol Kesederhanaan dan Kebersamaan"