Akses berita terupdate se-indonesia lewat aplikasi TRIBUNnews

Kemerdekaan Indonesia

Sisi Gelap Museum Fatahillah, Jejak Sejarah Kota Jakarta

Penulis: Ratna Widyawati
Editor: Sinta Agustina
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Museum Fatahillah, bagian dari wisata kota tua Jakarta.

TRIBUNTRAVEL.COM - Museum menjadi satu tempat wisata yang menyimpan barang-barang sejarah Kemerdekaan Indonesia.

Tidak hanya memamerkan barang bersejarah, banyak museum yang memiliki kisah kelam di dalamnya.

Seperti Museum Fatahillah yang menjadi landmark kawasan Kota Tua Jakarta.

Museum Fatahillah atau yang memiliki nama Museum Sejarah Jakarta ini rupanya menyimpan sisi gelap yang tak banyak diketahui orang.

Menilik Bekas Rumah Jenderal Sudirman yang Kini Jadi Museum Sasmitaloka

Pada zaman penjajahan Belanda, Museum Fatahillah adalah Balai Kota Batavia yang merupakan pusat aktivitas rakyat pada abad ke 17-19.

Tiap sore, rakyat berkumpul mengambil air bersih dari satu-satunya mata air di halaman depan Balai Kota.

Ada pula trem yang berjalan dengan rel di depan Balai Kota.

Museum Fatahillah (Kompas.com/RIMA WAHYUNINGRUM)

Selain aktivitas tersebut, Balai Kota juga memiliki fungsi lain yakni sebagai tempat eksekusi hukuman mati dan pembantaian massal.

Balai Kota ini menjadi saksi bisu dari pemerintahan yang brutal.

"Tahun 1740, Gubernur Batavia saat itu (Adriaan Valckenier) memerintahkan untuk membantai orang Tionghoa di depan Balai Kota. Ribuan orang Tionghoa diikat, duduk bersimpuh di depan Balai Kota, kemudian dari jendela Balai Kota Gubernur itu memberi kode untuk melakukan eksekusi terhadap orang Tionghoa itu," ujar Adjie, Pemandu Jakarta Food Adventure, Minggu (5/6/2016) dikutip dari Kompas.com.

Pembantaian tersebut dikenal dengan nama 'Geger Pacinan' yang muncul akibat isu ekonomi dan politik yang berkembang saat itu.

"Kejadian itu mencoreng Pemerintahan Belanda di Hindia Belanda dan si gubernur ketika pulang ke Belanda, diadili dan mati dipenjara," tuturnya.

Selain pembantaian, Museum Fatahillah juga menjadi saksi bisu dari penderitaan tawanan di penjara bawah tanah untuk wanita dan laki-laki.

Tonton juga:

Ketika air laut pasang, penjara akan terisi air laut dan merendam tubuh para tawanan hingga dalam kondisi menyedihkan.

Halaman
12