Akses berita terupdate se-indonesia lewat aplikasi TRIBUNnews

Mengenal Ritual Elang Darah, Metode Penyiksaan Viking Paling Mengerikan di Dunia

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi Viking

Tangan dan kaki korban diikat untuk mencegah pelarian atau gerakan tiba-tiba.

Kemudian, orang yang ingin membalas dendam menusuk korban dengan tulang ekornya dan naik ke tulang rusuk.

Setiap tulang rusuk kemudian dengan cermat dipisahkan dari tulang belakang dengan kapak, yang membuat organ-organ internal korban terlihat.

Korban dikatakan tetap hidup sepanjang eksekusi.

Yang lebih buruk lagi, orang Viking secara harfiah akan menggosok garam ke luka menganga untuk menambah rasa sakit.

Seolah-olah ini tidak cukup, setelah semua tulang rusuk orang itu dipotong dan menyebar seperti jari-jari raksasa, penyiksa kemudian menarik keluar paru-paru korban untuk membuatnya tampak seolah-olah orang itu memiliki sepasang sayap yang tersebar di punggungnya.

Dengan demikian, korban telah menjadi burung berlendir dan berlumuran darah.

Ritual Di Balik Elang Darah

Raja Aella bukanlah raja terakhir yang menghadapi elang darah.

Seorang sarjana percaya setidaknya empat tokoh penting lainnya dalam sejarah Eropa Utara mengalami nasib yang sama.

Raja Edmund dari Inggris juga menjadi korban Ivarr the Boneless.

Halfdan, putra Raja Haraldr dari Norwegia, Raja Maelgualai dari Munster dan Uskup Agung Aelheah semuanya diyakini sebagai korban penyiksaan elang darah karena mereka adalah korban dari Ivarr the Boneless yang tanpa ampun dan haus darah.

Itu berarti metode penyiksaan bisa terjadi di Inggris, Irlandia, dan Prancis.

Ada dua alasan utama orang Viking menggunakan elang darah pada korban mereka.

Ilustrasi prajurit Viking (Gambar oleh miclis dari Pixabay )

Pertama, mereka percaya itu adalah pengorbanan untuk Odin, ayah dewa dewa Nordik dan dewa perang.

Kedua, dan lebih masuk akal, adalah elang darah dilakukan sebagai hukuman kepada individu yang tidak terhormat.

Halaman
123