TRIBUNTRAVEL.COM - Nasi tumpeng pasti tak asing di kalangan orang Indonesia.
Khususnya di pulau Jawa, hidangan ini hampir tak pernah absen dalam acara perayaan selamatan atau syukuran.
Perayaan yang hampir selalu menggunakan nasi tumpeng dalam acaaranya adalah malam 17 Agustus.
Lomba menghias tumpeng pun hampir selalu dilaksanakan.
Dr. Ari Prasetiyo, S.S., M.Si., dosen Sastra Jawa Universitas Indonesia menjelaskan arti nama tumpeng.
Akronim dengan arti menarik
Ternyata, penyebutan nasi ‘tumpeng’ ini bukan hanya sekadar nama belaka. ‘Tumpeng’ adalah sebuah akronim yang memiliki arti menarik.
“Secara etimologi (cabang ilmu linguistik yang mempelajari asal-usul suatu kata), saya belum menemukan tentang kata ‘tumpeng’,” kata Dr. Ari Prasetiyo, S.S., M.Si. kepada Kompas.com.
“Hanya saja, dalam masyarakat Jawa, ditemukan bahwa kata ‘tumpeng’ merupakan akronim dari kalimat ‘yen meTu kudu meMPENG,” lanjutnya.
Kalimat tersebut berasal dari bahasa Jawa yang jika diterjemahkan ke bahasa Indonesia berarti, ‘ketika keluar harus sungguh-sungguh semangat’.
Ari mengatakan, maksud dari kalimat tersebut adalah ketika manusia terlahir maka mereka harus menjalani kehidupan di jalan Tuhan dengan semangat, yakin, fokus, tidak mudah putus asa.
Selain itu, manusia juga harus senantiasa percaya bahwa Tuhan selalu ada bersama mereka.
Makna tujuh jenis lauk tumpeng
Tak hanya namanya saja yang penuh arti, lauk tumpeng yang biasanya terdiri dari tujuh jenis makanan juga punya makna tersendiri.
Biasanya nasi tumpeng memiliki tujuh lauk, kata Ari, karena dalam bahasa Jawa tujuh adalah ‘pitu’.