"Mereka kumpulkan orang dan biaya dulu, ibaratnya menjual lebih dulu tapi tidak modal untuk memesan duluan.
Hal itu bermasalah ketika akan berangkat lalu harga berubah," lanjutnya.
Menurut Ketua Dewan Penasehat Indonesia Tour Leader Association (ITLA ) Rudiana, open trip adalah perjalanan oleh orang yang memesan destinasi sendiri, tetapi tiket dan akomodasinya sudah ada.
Tidak bergantung dengan grup yang selama ini jadi sistem yang berlaku di paket perjalanan konvensional. Hal ini menyebabkan tidak bisa diprediksinya sistem kerja di open trip.
2. Sudah Bergabung dengan Asosiasi
Selanjutnya, wisatawan juga dianjurkan untuk memilih travel agent yang sudah bergabung dengan asosiasi seperti Astindo.
Hal ini membuat rekam jejak travel agent tersebut bisa dengan mudah dipelajari dan diawasi.
"Teliti sebelum membeli. Artinya jangan mudah percaya untuk penawaran open trip yang sumbernya tidak jelas, apalagi tanpa menggunakan travel agent terpercaya, fatal akibatnya,” ujar Rudiana.
Menurutnya, jika nanti kinerja tour leader yang tergabung dalam ITLA kurang baik, kasusnya akan beredar cepat dan ditangani asosiasi.
Namun kasus akan sulit untuk ditangani jika penyelenggara trip tidak bergabung dari asosiasi mana pun.
3. Cek Rekening Transaksi
Langkah pencegahan selanjutnya adalah hanya mentransfer dana perjalanan ke rekening perusahaan.
Menurut Pauline, hal ini bisa meminimalisir terjadinya penipuan. Jangan bertransaksi dengan rekening atas nama pribadi. Baca juga: Ini Karakteristik Wisatawan yang Doyan Ikut Open Trip
4. Bandingkan Harga Paket
Kemudian para calon wisatawan juga bisa membandingkan harga paket yang ditawarkan oleh penyelenggara open trip.