Saat pendaki bergerak lebih tinggi, asupan oksigen mereka berkurang.
Kemungkinan terkena radang dingin (frostbite) pun meningkat.
Guna meminimalisir hal tersebut, sebagian besar pendaki memakai tabung oksigen meski berat untuk dibawa.
Jika sudah sampai puncak, wisatawan diharap tidak membuang sampah tabung oksigen sembarangan.
3. Punya 17 rute pendakian berbeda
Untuk mendaki Gunung Everest, wisatawan bisa memilih memilih salah satu dari 17 rute yang ada.
Namun, biasanya para pendaki hanya menggunakan salah satu dari dua rute saja.
Jika mendaki dari Nepal, terdapat rute Southeast Ridge yang diciptakan oleh Tenzing Norgay dan Edmund Hilary pada 1953.
Sementara dari Tibet, calon pendaki bisa melewati rute North Ridge.
4. Nama gunung diambil dari peneliti asal Inggris
Dahulu, Gunung Everest diberi nama “chomolungma” oleh masyarakat Tibet.
Artinya adalah ibu dewi alam semesta, ibu dewi bumi, atau dewi lembah.
Sementara dalam bahasa Sanskrit, gunung tersebut diberi nama “sagarmatha” yang artinya adalah puncak dari surga. Nama tersebut diberikan oleh Pemerintah Nepal.
Pada 1865, seorang pemimpin penelitian asal Inggris bernama George Everest bekerja di India pada 1823–1830 sebagai seorang surveyor.
Selama bekerja di sana, dia dan para pendahulunya sempat melakukan pengukuran terhadap puncak Himalaya dengan busur meridional dari Himalaya ke Cape Comorin.
Baca tanpa iklan