Manajemen untuk sementara belum membuka obyek yang bersifat ada di dalam ruangan seperti rumah kaca kaktus, begonia, hingga anggrek. Sebab, untuk obyek ruangan memerlukan protokol khusus yang perlu dipersiapkan.
"Kita baru terima sertifikatnya (Senin) kemudian kami masih melakukan sejumlah persiapan. Dan, mulai Rabu kita sepakat untuk dibuka dengan protokol kesehatan," kata Kepala Kebun Raya Eka Karya Bali, Didit Okta Pribadi, Senin (20/07/2020).
Didit menjelaskan, pihak kebun raya akan menerapkan empat fase yakni fase nol, satu, dua, dan fase tiga. Fase tersebut akan menentukan jumlah kuota kunjungan dan obyek yang dibuka.
"Empat fase ini kita sambil menguji protokol kesehatannya juga. Ini juga proses adaptasi sambil melihat, apakah kita sudah siap untuk itu karena ketika dibuka nanti kondisinya akan berbeda sehingga perlu dievaluasi setiap fasenya," kata dia.
"Dalam fase nol ini kita terapkan kuota maksimal 1.500 orang dan juga membatasi kegiatan indoor atau lebih ke outdoor. Kemungkinan fase nol ini akan kita terapkan selama satu minggu," jelas Didit.
Didit melanjutkan, untuk fase nol tersebut untuk obyek rumah kaca (indoor) masih belum buka, artinya masih hanya membuka yang obyek lapangan atau di luar ruangan.
Karena untuk membuka obyek di ruangan atau kegiatan indoor masih perlu protokol khusus dan masih sedang dipersiapkan terus.
"Ketika pada tahap fase nol sudah dirasa aman dan lancar alias sudah mantap, baru akan melanjutkan ke fase 1. Dalam fase ini, manejemen akan kembali menambah kuota kunjungan menjadi 2.000 kunjungan sambil mempersiapkan protokol untuk dalam ruangan seperti rumah kaca (indoor)," jelasnya lagi.
Kemudian, kata dia, setelah fase 1 ini berjalan baik barulah akana dilanjutkan ke fase 2 yang kembali menambah kuota kunjungan menjadi 2.500 dan pada fase 3 (terakhir) menambah kuota hingga 3.000 kunjungan.
"Intinya kita merencanakan empat fase. Dalam pelaksanaan setiap fase tersebut kita akan evaluasi terus. Sehingga kita melihat perkembangannya terus dalam setiap fase tersebut, karena ketika satu fase dirasa mantap akan dilanjutkan ke fase selanjutnya," tandasnya.
3) Jatiluwih
Daerah Tujuan Wisata (DTW) Jatiluwih berada di Kecamatan Penebel, Tabanan, Bali.
Ketua Pusat Penelitian Subak Universitas Udayana (Unud) Prof Dr Ir I Wayan Windia, SU pada Rabu, 8 Mei 2019 lalu menilai, sejak kawasan Subak Jatiluwih berstatus Warisan Budaya Dunia (WBD), peningkatan wisatawan yang datang ke daerah tersebut semakin banyak.
Peningkatan itu, menurutnya, kini telah mencapai angka 300 persen.
Pada awalnya berada di angka sekitar 50 ribu dan sekarang sudah berlipat ganda mencapai 200 ribu orang wisatawan per tahun.
Baca tanpa iklan