Di bagian luar kedai ada antrean mengular yang dibatasi tali rafia.
Bukan hanya antrean manusia yang disebabkan kepopuleran bakso lobster itu. Kawasan perumahan itu kini jadi ramai, dan jalanannya macet akibat deretan motor maupun mobil pembeli parkir di sepanjang jalan perumahan tersebut.
Arief terlihat tenang dalam melayani pembeli yang banyak itu. Padahal siang itu stok bakso lobster di kedai sudah habis.
Menggunakan pelantang corong, Arief memberikan penjelasan bahwa bakso lobster tengah diantar ke kedai.
"Lagi diambil lagi, tunggu sekitar 10-15 menit ya," katanya dengan Logat Jawa yang kental.
Maksimal 4 porsi
Arief memiliki dua pegawai perempuan untuk membantunya melayani pembeli. Satu pegawai mempersiapkan kuahnya, dan satu lagi baksonya. Arief sebagai pemilik juga ikut melayani pembeli.
Karena peminatnya banyak, setiap pembeli dibatasi jumlah porsinya. Maksimal empat porsi satu kali antre.
Kata Arief, aturan itu agar semua pembeli dapat terlayani dan kebagian bakso lobsternya yang lagi viral tersebut.
Di sela-sela menungu, indera penciuman saya dibuai oleh uap kuah bakso itu, dan aromanya sangat menggoda selera.
Bukan cuma saya rupanya yang tergoda, sebab para pengunjung lain juga mencium aroma lezat itu. Sontak terjadi keriuhan kecil karena para pembeli yang semakin tak sabaran untuk mencicipi bakso lobster itu.
Kemudian muncul dua anak yang membawa keranjang besar. "Permisi, permisi ibu bapak," kata mereka.
Kedatangan dua anak itu disambut tepuk tangan para pembeli, yang sudah menunggu pesanannya berjam-jam.
Arief pun langsung memanggil pembeli dengan nomor antrean 46, lalu nomor-nomor berikutnya. Satu per satu orang yang mengantre mendapat pesanan bakso lobsternya.
Menu