Kebijakan ini untuk mendorong geliat ekonomi masyarakat yang sempat berhenti karena pandemi virus corona.
Pembukaan dianjurkan dilakukan dengan sangat hati-hati demi terhidar dari kemunculan klaster Covid-19 dari pariwisata di DIY.
Nining mengatakan, sebagai tahap awal akan ada simulasi dan rekomendasi.
Simulasi untuk memantau kesiapan pengelola tempat wisata dalam menerima pengunjung.
Dalam simulasi juga ada penilaian apakah sebuah tempat wisata menerapkan protokol kesehatan, seperti tersedia berbagai tempat cuci tangan, physical distancing, pembatasan pengunjung.
Kemudian pembedaan jalur pengunjung datang dan keluar, ruang isolasi hingga soal kelengkapan APD.
Jika dinyatakan lengkap, Dinas Pariwisata Kulon Progo akan menerbitkan rekomendasi untuk uji coba.
Sementara itu, Wakil Bupati Kulon Progo, Fajar Gegana turut keliling Kedung Pedut untuk melihat kelengkapan prasarana protokol kesehatan di sana. Menurutnya, Kedung Pedut cukup lengkap.
Salah satunya di kolam renang alami dari upaya membendung air sungai.
Kolam renang akan menjadi salah satu titik favorit pengunjung.
Fajar berharap pengelola bisa mengatur agar wisatawan tidak menumpuk di sana.
"Kapasitas pengunjung maksimal 70 persen. Kolam 50 persen.
Orang tidak boleh saling interaksi dan perlu jaga jarak dan waktu renang. Pengelola mesti mengaturnya," kata Fajar.
Ketua Pengelola Kedung Pedut, Yuhono mengungkapkan, pihaknya telah menghabiskan hingga Rp 10 juta untuk pengadaan sarana prasarana sesuai petunjuk protokol kesehatan Covid-19.
Pengadaan mulai dari menyediakan 15 tempat cuci tangan, APD, sabun dan handsanitizer, hingga menarik pipa air sampai 40 meter untuk cuci tangan.
Baca tanpa iklan