Udara yang sejuk di sekitar lereng perbukitan menambah nuansa hening di lokasi ini, selain itu bentuk arsitektur yang unik di Sendangsono menjadi daya tarik tersendiri bagi para pengunjung.
Arsitektur Sendangsono sendiri merupakan buah karya dari seorang Romo asal Magelang, yaitu Romo Yusuf Bilyarta Mangunwijaya.
Pada tahun 1974, Romo Mangun mendapat kepercayaan dari Keuskupan Agung Semarang untuk melakukan peremajaan tempat ziarah tersebut.
Romo Mangun mendesain ulang bangunan tempat ziarah ini seperti rumah besar tradisional Jawa.
Dalam rumah besar tradisional Jawa ada jalan masuk, pelataran, ruang tengah dan belakang, serta ruangan sakral.
Konsep tersebut lalu diwujudkan Romo Mangun pada peremajaan keseluruhan bangunan Sendangsono.
Dengan konsep bangunan yang terbuka dengan mengedepankan nuansa alam, Sendangsono lalu menjadi tempat wisata religi yang asri dan indah.
Tak hanya bisa menikmati udara yang sejuk dan arsitekturnya yang unik, di Sendangsono para pengunjung juga bisa menikmati aliran sungai dengan duduk bersantai di sebuah jembatan kecil.
Sebuah Sungai yang berada di kawasan tersebut dibiarkan mengalir apa adanya.
Lantai yang dibuat dengan anak tangga yang mengikuti kemiringan lereng bukit membuat tempat ini bentuknya masih sama dengan alam aslinya.
Pepohonan besar yang rindang dengan umur yang sudah bertahun-tahun, dibiarkan tumbuh agar menambah nuansa teduh di tempat tersebut.
Lilin yang ditinggalkan menyala di lokasi tempat sembahyang, memendarkan cahaya indah dari kejauhan, kemerlip cahaya api dari lilin-lilin tersebut menambah suasana tenang dan nyaman di tempat tersebut.
Di sekitar lokasi Sendangsono, Traveler juga bisa menjumpai warung-warung kecil yang menjual berbagai oleh-oleh khas Sendangsono.
Untuk mencapai lokasi Sendangsono, Traveler kira-kira membutuhkan waktu kurang lebih satu jam dari Kota Yogyakarta.
Rute menuju lokasi Sendangsono tersebut bisa kamu mulai dari Magelang mengikuti jalan hingga ke Muntilan.
Baca tanpa iklan