TRIBUNTRAVEL.COM - Kota Jakarta memiliki perjalanan yang panjang sehingga menjadi kota yang seperti saat ini. Pada 22 Juni lalu, kota yang dulunya bernama Batavia saat kolonial Belanda ini genap berusia 493 tahun.
Kota Jakarta adalah kota yang sangat bersejarah dan juga tempat perjuangan bangsa Indonesia.
Sejarah panjang kota Jakarta juga erat kaitannya dengan daerah di Jakarta seperti Mangga Besar.
Mangga Besar yang terletak di Jakarta Barat, berpuluh-puluh bahkan beratus tahun telah dikenal sebagai tempat wisata malam warga Jakarta sejak era kolonial Belanda.
• PSBB Masa Transisi, Pulau Untung Jawa jadi Tujuan Wisata Favorit Warga Jakarta
Menurut Cindy Tan, pemandu wisata dari JKT Good Guide yang memandu sekitar 40 orang wisatawan dalam virtual tur keliling Jakarta bersama Atourin bertemakan "Gemerlap Kehidupan Malam", Jumat (26/6/2020), mengatakan, Mangga Besar dulunya merupakan sebuah perkampungan pendatang dari golongan ningrat suku Jawa.
"Dulu di abad ke-18, Mangga Besar itu sebuah kampung atau tempat permukiman pendatang dari Jawa. Dulu itu orang ningrat Jawa, mau jalan-jalan ke Batavia karena punya urusan sama pemerintah VOC, dia akan tinggal di Mangga Besar," kata Cindy.
Selain itu, asal-usul nama Mangga Besar, juga memiliki sejarah tersendiri.
Jelas Cindy, Mangga Besar diambil dari adanya pohon mangga yang besar dan berbuah banyak berada di tengah daerah tersebut.
"Nah, akhirnya orang kalau mau ketemu patokannya ada pohon mangga yang besar di situ. Ya sudah akhirnya daerah itu diberi nama Mangga Besar," ujarnya.
Terkait bagaimana awalnya Mangga Besar disebut sebagai tempat wisata malam di Jakarta paling terkenal era kolonial, menurut Cindy disebabkan karena banyaknya pendatang kaya raya yang bermukim di sana.
Pendatang kaya raya tersebut menjadi magnet pasar tempat hiburan bagi para pebisnis khususnya prostitusi.
"Maka jadilah Mangga Besar daerah prostitusi pertama di Jakarta," terangnya.
Sebelum dikenal sebagai Mangga Besar, daerah ini juga sempat bernama Macao Po yang tak lepas karena keterkenalan prostitusi di daerah tersebut.
Macao Po ini diambil sebagai nama beken daerah tersebut lantaran dulunya, banyak wanita pekerja seks komersial (PSK) asal Makau yang bekerja menjajakan diri di sana.
"Ya sempat jadi kayak terselubung gitu jadi tempat prostitusi, tapi sekarang tempat ini aman dari hal-hal itu," jelas Cindy.
Dari tempat prostitusi di Jakarta jadi pusat kuliner
Jika dahulu Mangga Besar dikenal sebagai tempat hiburan malam, kini wajah daerah di perbatasan Jakarta Barat, Pusat, dan Utara itu justru menjadi daerah kuliner.
Cindy mengatakan, hampir di setiap sudut Mangga Besar terdapat toko atau warung makan yang tak boleh dilewatkan jika sedang di Jakarta.
Khusus bagi pencinta kuliner khususnya makanan Tionghoa Indonesia seperti Bakso A Kiaw 99, Kwetiau Akang Medan, dan Bubur Ayam Tangki 18 A Guan, kamu tidak akan salah menjadikan Mangga Besar sebagai tujuan wisata kuliner.
Kamu dapat mengunjungi ketiga tempat makan tersebut meski malam hari sekalipun. Pasalnya, ketiga tempat tersebut memang lebih ramai dan cocok dikunjungi pada malam hari.
Mangga Besar juga dikenal sebagai tempat penyelamat pertama anak-anak muda Jakarta Utara jika kelaparan di malam hari.
"Mangga Besar ini tempat rescue pertama anak-anak yang tinggal di Jakarta Utara. Ketiga tempat ini menurutku recommended banget buat wisata kulineran malam di Jakarta," pungkas Cindy.
Ketiga tempat makan tersebut di masa pandemi ini juga tetap bisa dinikmati karena menyediakan layanan pesan antar dan take away.
• Ibu Kota Ulang Tahun, Inilah Deretan Potret Lawas DKI Jakarta Pada Zaman Penjajahan
• Rayakan HUT DKI Jakarta, Taman Impian Jaya Ancol Tawarkan Potongan Harga Tiket Masuk
• 4 Tempat Wisata di Jakarta yang Buka saat PSBB Transisi, Jumlah Pengunjung Bakal Dibatasi
• Rangkaian Acara Virtual Meriahkan HUT ke-493 DKI Jakarta
• Rekomendasi 7 Warung Mi Yamin Enak di Jakarta untuk Makan Siang
Artikel ini sudah tayang di Kompas.com dengan judul Asal-usul Mangga Besar Jadi Pusat Kuliner Malam di Jakarta
Baca tanpa iklan