Melalui berbagai macam penawaran yang disampaikan secara daring, mereka tetap relevan di mata masyarakat.
“Alhasil, banyak dari mereka yang telah menemukan cara baru guna membuat portfolio mereka semakin beragam guna memasarkan kegiatan pariwisata ke pasar yang lebih luas,” ujar Nancy.
Standar kebersihan dan kesehatan semakin meningkat
Sementara itu, Deputi Bidang Pemasaran Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf), Nia Niscaya, menuturkan bahwa pandemi membuat standar kebersihan dan kesehatan di industri pariwisata semakin meningkat.
Menurutnya, pandemi mengajarkan masyarakat untuk semakin rajin mencuci tangan setiap hari. Tidak hanya itu, kebersihan dan kesehatan kini menjadi prioritas utama.
“Selain teknologi digital yang memiliki peran penting, saya rasa kebersihan, kesehatan, dan keamanan sudah menjadi prioritas,” ujar Nia dalam kesempatan yang sama.
Saat ini, Nia menuturkan, Kemenparekraf tengah berusaha untuk mengimplementasikan program Clean, Hygiene, dan Safety (CHS) di seluruh wilayah di Indonesia.
“Setelah itu, kami akan melakukan simulasi, evaluasi, dan membuka kembali destinasi. Ini adalah langkah-langkah dalam pembukaan kembali destinasi,” tutur Nia.
“CHS telah menjadi pertimbangan utama bagi masyarakat sebelum mereka bepergian.
Walaupun tempat yang dituju indah dan memiliki budaya yang menarik, namun masyarakat akan melihat apakah protokol kesehatan diterapkan di sana atau tidak,” imbuhnya.
• 7 Fakta Unik Islandia, Tidak Ada Gerai McDonalds hingga Negara Teraman di Dunia
• Bisa Terima Turis Lagi, Pelaku Wisata di Kepulauan Banyak Antusias Sambut New Normal
• Ini Alasan Cirebon Belum Buka Tempat Wisata Selama Pandemi Covid-19
• Rekomendasi 5 Hotel Murah di Bukittinggi Dekat Jam Gadang, Tarif Mulai Rp 90 Ribuan
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Bagaimana Pandemi Covid-19 Mengubah Industri Pariwisata?"
Baca tanpa iklan