TRIBUNTRAVEL.COM - Tradisi Syawalan biasanya dilakukan sepekan setelah Hari Raya Idul Fitri.
Ada banyak daerah di Indonesia yang biasanya melakukan tradisi syawalan dengan cara yang unik.
Namun, karena kondisi pandemi virus Corona (Covid-19) sejumlah tradisi syawalan pun terpaksa ditiadakan.
Tidak perlu bersedih, kali ini TribunTravel akan membagikan sejumlah tradisi syawalan di daerah di Indonesia.
• Cara Mudah Masak Ketupat Anti Gagal dan Tahan Lebih Lama
Dirangkum dari beberapa sumber, berikut tradisi syawalan di sejumlah daerah di Indonesia, di antaranya:
1. Lopisan
Masyarakat Pekalongan memiliki tradisi unik dalam memperingati syawalan dengan menggelar Lopisan.
Lopisan merupakan tradisi di mana setiap warga berkumpul untuk menyantap kue lopis bersama.
Acara ini merupakan perwujudan kerukunan antar warga meski berbeda suku, agama, dan kepercayaan.
2. Lomban
Di Jepara, para nelayan memeriahkan Syawalan dengan menggelar Lomban.
Dalam tradisi ini, para nelayan melarungkan kepala kerbau ke laut sebelum akhirnya melakukan 'perang' di Teluk Jepara.
Perang yang dimaksud tentu bukan dengan kekerasan, melainkan dengan saling melempar lepet dan ketupat.
3. Bakdan Sapi
Bakdan sapi merupakan tradisi syawalan berikutnya dari Kabupaten Boyolali.
Dengan mendandani sapi perah dengan kalung berisi ketupat, para peternak kemudian melakukan arak-arakan keliling kampung.
Lewat Bakdan Sapi, para peternak mengungkapkan rasa syukur sekaligus memohon kelancaran rezeki pada Tuhan.
4. Grebeg Syawal Yogyakarta
Grebeg Syawal Yogyakarta dimulai sejak masa pemerintahan Sri Sultan Hamengku Buwono I sekitar tahun 1725.
Grebeg Syawal ini menjadi symbol berpadunya budaya Jawa dan ajaran Islam di Yogyakarta.
Grebeg Syawal Yogyakarta diawali dengan iring-iringan prajurit Kraton Yogyakarta yang mengawal lima gunungan berisi aneka ragam hasil bumi.
Iring-iringan gunungan hasil bumi ini terpecah menuju tiga lokasi perayaan grebeg syawal yaitu di halaman Masjid Gede, Puro Pakualaman dan Kantor Kepatihan Yogyakarta.
5. Grebeg Syawal Keraton Solo
Grebeg Syawal Keraton Solo merupakan simbol kehidupan manusia tak pernah lepas dari menyatunya laki-laki dan perempuan.
Di mana dalam grebeg syawal biasanya Keraton Solo membawa dua gunungan berisi hasil bumi dan jajanan pasar yang dibawa menuju Masjid Agung Surakarta.
Kedua gunungan tersebut disebut gunungan jaler (laki-laki) dan setri (perempuan).
Gunungan jaler dibawa ke Masjid Agung Surakarta, sedangkan gunungan setri dibawa ke Keraton Solo untuk diperebutkan.
6. Tradisi Bancaan Kampung Singaraja
Warga Kampung Jawa di Singaraja, Bali, memiliki tradisi bancaan sebagai perayaan Idul Fitri.
Tradisi bancaan atau makan bersama telah digelar sejak ratusan tahun lalu.
Dulunya tradisi ini menjadi perekat silahturahim antar warga Kampung Jawa dan Kerajaan Buleleng.
Bancaan dilakukan setelah Shalat Ied selesai dilakukan.
Tradisi Bancaan merupakan simbol antar-umat beragama yang saling menghormati.
Tradisi ini dilestarikan masyarakat sekitar sebagai warisan budaya.
7. Barong Ider Bumi Banyuwangi
Setiap tanggal 2 Syawal atau lebaran hari kedua, warga Desa Kemiren, Kecamatam Glagah, Kabupaten Banyuwangi, Jatim, menggelar ritual tolak bala bernama Barong Ider Bumi yang sudah dilakukan turun-turun sejak ratusan tahun lalu.
Pemilihan 2 Syawal lantaran dua merupakan simbol dari ciptaan Tuhan yang berpasang-pasangan, seperti laki-laki dan perempuan, ada siang ada malam, dan ada langit yang jumlahnya dua.
Ketika perayaan, masyarakat lokal mengarak figur mitologi Bali dan Jawa yang biasa dikenal dengan nama Barong, yang bertujuan untuk mengusir bencana atau menolak bala sehingga masyarakat bisa hidup aman.
8. Syawalan di Makan Kiai Guru Kaliwungu, Kendal
Syawalan di Kaliwungu Kendal, dilakukan di makam salah satu penyebar agama Islam di Kendal, Kiai Asyari atau Kiai Guru.
Tradisi Syawalan digelar setahun sekali, tepatnya seminggu setelah lebaran.
Tujuan merayakan Syawalan di Kendal ini adalah mendoakan para ulama yang dulu telah menyebarkan agama Islam di wilayah Kendal.
9. Tradisi Teater di Madura
Tradisi Terater ini merupakan lebaran ketupat yang dilakukan oleh masyarakat Madura.
Tradisi tersebut setiap tanggal 7 syawal dengan perhitungan masyarakat Muslim selesai melaksanakan puasa syawal pada tanggal tersebut.
Sebelum disantap, menu berupa ketupat dan opor ayam atau ayam goreng terlebih dahulu dibawa ke imam masjid atau mushala setempat.
Setelah makanan terkumpul banyak, para warga yang biasa shalat berjamaah di masjid atau mushala berkumpul dan menggelar doa bersama.
Tonton juga:
Setelahnya baru ketupat tersebut dibagi-bagikan. Tradisi Terater terus dipelihara untuk mempererat tali persaudaraan antar Muslim setelah selesai berpuasa Syawal selama enam hari.
Ritual ini sekaligus sebagai tanda syukur kepada Tuhan karena diberikan kemampuan melanjutkan puasa selama enam hari setelah puasa wajib Ramadsan.
10. Sesaji Rewanda
Desa Kandri, Kecamatan Gunungpati, memiliki tradisi Sesaji Rewanda untuk memeriahkan Syawalan.
Sesaji Rewanda merupakan prosesi memberi makan buah pada monyet-monyet di Goa Kreo.
Selain memberi makan pada monyet, tradisi ini juga dimaksudkan untuk mengenang perjuangan Sunan Kalijaga demi membangun Masjid Demak.
• Selain Ketupat dan Lontong, Ini 5 Olahan Berbahan Dasar Beras yang Disajikan Saat Lebaran
• 8 Tradisi Makan Saat Lebaran di Berbagai Negara Dunia
• Bodu Beru, Tarian Tradisional Maldives untuk Menyambut Hari Raya Idul Fitri
• 6 Cara Cerdas Manfaatkan Kulit Buah, Bisa Dijadikan Pelembap Kulit hingga Semir Sepatu
• Thailand Perpanjang Status Kondisi Darurat Covid-19 hingga Akhir Juni 2020
(TribunTravel.com/ Ratna Widyawati)