Walau begitu, dia memberikan catatan, ekowisata perlu penyempurnaan di mana keuntungan devisa bukanlah kiblat satu-satunya, namun juga memikirkan kelestarian dan pelibatan masyarakat lokal.
“Covid-19 mengajarkan kita banyak hal, selain mitigasi risiko juga salah satunya tentang pentingnya manajemen pengunjung, mengatur kuota, hingga membagi kelompok besar ke dalam kelompok kecil pada saat kegiatan wisata,” katanya.
Masih dalam webinar yang sama, Sry Mujianti mengatakan, pascapandemi akan terjadi pola perjalanan wisata baru.
Kombinasi alam dan budaya biasanya menjadi pilihan utama wisatawan. Hal ini akan semakin lengkap apabila didukung dengan interpretasi yang kuat di setiap destinasi.
Baca juga: Wishnutama Sebut Kemenparekraf Siapkan Protokol untuk Industri Perfilman di Tengah Pandemi Corona
“Sebagai contoh, untuk klaster Jogja-Solo-Semarang (Joglosemar), biasanya menghubungkan kota-desa kemudian ada klaster Jawa Timur, mulai dari Malang hingga Banyuwangi,” kata Sry Mujianti.
Menurut dia, wisatawan akan lebih memilih untuk melakukan perjalanan dengan jarak yang relatif dekat atau menempuh waktu lebih singkat.
• Ingin Garap Ekowisata, Pemkot Jakarta Selatan Susuri Sungai Ciliwung
• Hadirkan 3 Gajah di TPS Trumon Tengah Aceh Selatan, Jadi Usaha untuk Kembangkan Ekowisata
• Burung Maleo Jadi Magnet Ekowisata di Taman Nasional Bogani Nani Wartabone Gorontalo
• Jelajahi Hutan dan Lihat Gajah di Ekowisata Tangkahan di Taman Nasional Gunung Leuser
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul " Kondisi New Normal, Kemenparekraf Prediksi Ekowisata akan Lebih Diminati"
Baca tanpa iklan