TRIBUNTRAVEL.COM - Jarak sosial atau social distancing dalam rangka menghentikan penyebaran virus corona (Covid-19) juga diterapkan di pesawat.

Sejumlah maskapai penerbangan berencana tidak menjual kursi tengah mereka untuk menerapkan social distancing di pesawat.

Kursi tengah tidak akan diisi penumpang, untuk menghindari penumpang duduk bersisian satu sama lain.

Beberapa maskapai yang berencana menerapkan aturan ini yaitu Alaska Airlines dan Wizz Air.

• Penerbangan Garuda Indonesia Dibuka Kembali, Tiket Pesawat ke Bali Mulai Rp 1,7 Juta

Apakah cara ini efektif untuk penerapan social distancing?

"Saat ini, kami membutuhkan (cara) itu, karena tidak melakukan hal itu akan bertentangan dengan instruksi pemerintah," ujar Daniel Baron, direktur pelaksana LIFT, sebuah perusahaan perancang interior pesawat yang berbasis di Tokyo, Jepang, mengutip dari BBC.

Menurutnya, cara ini cukup efektif agar penumpang satu tidak berdekatan dengan penumpang lain.

Namun, lanjut Daniel, cara ini tergolong tidak efektif dari sisi ekonomi untuk jangka panjang.

Sementara itu, EasyJet hingga United Airlines berencana akan memperbolehkan penumpang mereka untuk membeli delapan kursi kosong.

Hal itu memungkinkan seorang penumpang menjadi satu-satunya penghuni di tiga blok kursi mereka, ditambah tiga kursi di barisan belakang dan tiga di depan.

Mengutip dari Forbes, setiap kursi akan dibanderol dengan tarif 28 dolar AS atau sekitar Rp 423 ribu.

Sementara untuk total delapan kursi kosong, penumpang diharuskan merogoh kocek sebesar 226 dolar AS atau sekira Rp 3,4 juta.

Teori jarak dua meter

Dalam penerapan social distancing, setidaknya satu orang dengan orang lainnya menjaga jarak sekitar dua meter.

Mengosongkan kursi tengah akan memberikan jarak antara penumpang kursi lorong dengan penumpang kursi jendela sekitar 45 cm.