TRIBUNTRAVEL.COM - Hampir setiap tahun dalam menyambut bulan Ramadan, masyarakat Jawa melakukan tradisi nyadran.
Nyadran merupakan sebuah tradisi yang dilakukan masyarakat Jawa menjelang datangnya bulan Ramadan.
Tradisi nyadran diketahui merupakan tradisi turun temurun yang dilakukan setiap tahun oleh masyarakat Jawa.
Tapi apakah tradisi nyadran itu, dan bagaimana asal-usulnya?
• Masih Ada Corona, Masjid Istiqlal Akan Antar Makanan Berbuka & Siapkan Tausiyah Online Saat Ramadan
Tradisi Nyadran sendiri merupakan hasil akulturasi budaya Jawa dan Islam.
Kata nyadran berasal dari kata 'Sraddha' yang berarti keyakinan.
Dalam kalender Jawa, bulan Ramadan disebut sebagai bulan Ruwah sehingga acara nyadran juga disebut sebagai acara Ruwah.
Nyadran biasanya dilakukan sebulan sebelum bulan puasa atau pada tanggal 10 Rajab atau 15, 20, 23 Ruwah.
Tonton juga:
Tujuan dari tradisi nyadran ini adalah untuk menghormati para leluhur dan mengungkapkan rasa syukur kepada Tuhan.
Nyadran menjadi acara yang penting bagi masyarakat Jawa dan hampir tidak pernah terlewat.
Acara nyadran terdiri dari serangkaian kegiatan mulai dari pembersihan makan, tabur bunga dan acara selamatan atau bancakan.
Masing-masing daerah memiliki cara yang berbeda dalam melakukan tradisi nyadran ini.
Di beberapa daerah bahkan masyarakat membersihkan makan sambil membawa sadranan yang terdiri dari nasi, sayur dan lauk pauk yang disajikan dalam sebuah keranjang.
Sementara itu, di Magelang, biasanya masyarakat hanya membersihkan makan tanpa membawa sadranan.