Jawabannya lebih aneh daripada dugaan siapa pun.
Ternyata, semua mayat ini berusia sekira 850 Masehi.
Bukti DNA menunjukkan ada dua kelompok orang yang berbeda, satu keluarga atau suku individu yang terkait erat, dan kelompok penduduk lokal yang lebih kecil, lebih pendek, kemungkinan dipekerjakan sebagai kuli dan pemandu.
Cincin, tombak, sepatu kulit, dan tongkat bambu ditemukan, para ahli terkemuka percaya kelompok itu terdiri dari peziarah yang menuju lembah dengan bantuan penduduk setempat.
Semua kerangka telah tewas dengan cara yang sama, yakni pukulan ke kepala.
Namun, retakan dalam yang pendek pada tengkorak itu tampaknya bukan akibat senjata, melainkan karena sesuatu yang bulat.
Tubuh-tubuh itu juga hanya memiliki luka di kepala mereka, dan pundak seolah-olah semua berasal dari atas.
Apa yang telah membunuh mereka semua?
Di antara wanita Himalaya ada lagu tradisional kuno yang dianggap mirip dengan kisah kerangka di Danau Roopkund.
Liriknya menggambarkan seorang dewi yang sangat marah pada orang luar yang mencemari tempat perlindungan gunungnya, sehingga dia menghujani mereka dengan melemparkan batu-batu yang "keras seperti besi."
Setelah banyak penelitian dan pertimbangan, ekspedisi tahun 2004 sampai pada kesimpulan yang sama.
Semua 200 orang meninggal karena hujan es yang mendadak dan parah.
Terperangkap di lembah tanpa tempat untuk bersembunyi atau mencari perlindungan, es berukuran [sekira 23 sentimeter / keliling 9 inci] menghujami ratusan orang, mengakibatkan kematian tiba-tiba para pelancong.
Kerangka mereka terperangkap di danau selama 1.200 tahun sampai penemuan mereka.
Cara menuju Danau Roopkund
Baca tanpa iklan