“Kalau franchise itu rumit, terutama berkaitan dengan masalah legal. Misalnya saya punya cabang franchise di Tebet, kalau dia punya tindakan (melanggar) hukum atau apa itu kenanya ke nama saya,” jelas Rudi.
“Paling saya kerja sama dengan online aja ya. Saya ada di Kwitang itu hanya untuk pick-up point ojek online enggak bisa makan di sana,” lanjutnya.
Tak itu saja, Pempek Megaria juga memiliki dapur pusat untuk tempat pembuatan pempek.
Jika menggunakan sistem waralaba atau cabang dengan dapur pusat, Rudi khawatir bahwa kualitas pempeknya akan terganggu.
Terkait penerus, Rudi mengaku hingga kini tak tahu siapa yang akan meneruskan nama Pempek Megaria. Ia belum mengetahui apakah anak-anaknya mau meneruskan bisnisnya ini.
Rudi berharap bisa menjalankan bisnisnya ini hingga tua nanti. Salah satu harapannya, ia ingin makanan lokal Indonesia punya level yang lebih tinggi dan disukai oleh anak-anak Indonesia.
“Kalau ulang tahun anak-anak kan biasanya minta makanan fast food. Nah saya inginnya mereka tuh minta makan pempek, bakso, siomay untuk merayakan ulang tahun gitu,” tutup Rudi sambil tertawa.
• Rekomendasi 10 Tempat Makan Pempek Enak di Jogja
• 6 Siomay dan Pempek yang Terkenal Enak di Jogja Ini
• 9 Jenis Pempek Palembang yang Populer Selain Lenjer dan Kapal Selam, Ada Pempek Panggang hingga Dos
• Rekomendasi 8 Kedai Pempek Enak yang Bisa Kamu Temukan di Jakarta
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Kisah Pempek Megaria yang Legendaris, Berawal dari Anak Kuliah Nekat"
Baca tanpa iklan