Akses berita terupdate se-indonesia lewat aplikasi TRIBUNnews

5 Fakta Ogoh-ogoh, Seni Patung yang 'Dipamerkan' Saat Hari Raya Nyepi di Bali

Editor: Sinta Agustina
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ogoh-ogoh

Pawai ogoh-ogoh di Bali disebut-sebut sebagai puapan rasa suka-cita setelah Presiden Soeharto menetapkan hari Raya Nyepi sebagai Hari Libur Nasional sejak tahun 1983.

Sejak itu pula, Gubernur Bali Ida Bagus Mantra mengimbau masyarakat untuk membuat ogoh-ogoh dan diarak saat hari pengerupukan (sehari sebelum Nyepi).

Versi lain menyebutkan bahwa ogoh-ogoh telah dikenal sejak zaman Dalem Balingkang, yang saat itu dipakai ketika upacara Pitra Yadnya.

Lalu, ada pula yang berpendapat bahwa ogoh-ogoh terinspirasi dari tradisi Ngusaba Ndong-Nding di Desa Selat Karangasem.

3. Ajang Berekspresi

Pawai ogoh-ogoh saat malam pengerupukan di Bali telah menjadi wadah berekspresi, khususnya bagi para yowana di Bali.

Biasanya, mereka mengangkat kisah mitologis untuk kemudian dituangkan ke dalam wujud ogoh-ogoh.

Tak jarang juga mereka mengangkat tema sehari-hari yang kerap digunakan sebagai ekspresi kritik terhadap fenomena sosial.

Selain sebagai ajang berekspresi, pembuatan ogoh-ogoh di masing-masing banjar juga menjadi wujud kebersamaan; mulai dari proses pembuatan hingga pementasan saat malam pengerupukan.

4. Kampanye Ramah Lingkungan

Ogoh-ogoh di Bali dibuat menggunakan bahan-bahan ramah lingkungan, salah satunya bambu.

Sebelumnya banyak yang membuat ogoh-ogoh di Bali menggunakan styrofoam dan spons yang tidak ramah lingkungan.

Kedua bahan tersebut tidak dapat terurai oleh bakteri yang ada di dalam tanah.

Di Denpasar, sejak tahun 2015 hingga saat ini penggunaan stayrofom dan spons busa tidak lagi diperbolehkan karena berbahaya untuk kesehatan.

Sejak itu pula, ogoh-ogoh ramah lingkungan mulai gencar dikampanyekan.

Halaman
123