TRIBUNTRAVEL.COM - Menjelang perayaan Hari Raya Nyepi, umat Hindu di Bali menjalani sejumlah ritual untuk upaya menyucikan diri.
Beragam tradisi pun digelar dalam rangkaian perayaan Hari Raya Nyepi.
Salah satu tradisi unik yang menjadi daya tarik tersendiri bagi para wisatawan adalah Pawai Ogoh-ogoh.
Dikutip TribunTravel dari laman web resmi Pemerintah Kabupaten Buleleng pada Kamis (5/3/2020), Ogoh-ogoh adalah karya seni patung dalam kebudayaan Bali yang menggambarkan kepribadian Bhuta Kala.
Dalam ajaran Hindu Dharma, Bhuta Kala merepresentasikan kekuatan (Bhu) alam semesta dan waktu (Kala) yang tak terukur dan tak terbantahkan.
Dalam perwujudan patung yang dimaksud, Bhuta Kala digambarkan sebagai sosok yang besar dan menakutkan, biasanya dalam wujud Raksasa.
• 7 Pantai di Bali yang Menjadi Tempat Upacara Melasti Sebelum Nyepi
Ogoh-ogoh sendiri menurut para masyarakat Bali ialah penggambaran hal-hal buruk yang ada di dalam diri manusia, yang diwujudkan dalam berbagai wujud raksasa jahat.
Nama ogoh-ogoh berasal dari Bali "ogah-ogah" yang berarti "mengguncang" dan mewakili kejahatan yang perlu dijauhkan dari manusia.
Setiap tahunnya, ratusan ogoh-ogoh akan diarak dalam rangkaian perayaan Hari Raya Nyepi.
Masyarakat Banjar, Bali yang ikut dalam pawai itu akan menggerakkan ogoh-ogoh tersebut agar terlihat seperti bergerak dan menari.
Setelah tiba di akhir rangkaian acara pawai tersebut, ogoh-ogoh akan dibakar.
Hal tersebut merupakan simbol upaya manusia dalam menghilangkan sifat buruk yang ada di dalam diri.
Sehingga pada masa yang akan datang, manusia yang berniat jahat atau pernah melakukan perbuatan jahat agar tidak mengulangi perbuatannya tersebut.
Pada dasarnya pembakaran ogoh-ogoh adalah usaha untuk kembali suci, baik secara jasmani maupun rohani.
Selain Pawai Ogoh-ogoh, ada bebeapa tradisi dalam perayaan Hari Raya Nyepi yang tak kalah menarik, sebagai berikut: