Ganggang merah itu sebenarnya hidup di balik salju dan pegunungan di seluruh dunia.
Yap, ganggang merah penyebab ‘salju darah’ itu bisa bertahan hidup di air yang membeku.
Saat musim dingin, ganggang merah Chlamydomonas Chlamydomonas nivalis tidur di bawah salju dan es.
Namun, saat ini di wilayah kutub selatan, termasuk Antartika sedang musim panas.
Ketika musim panas tiba dan salju mencair, ganggang itu berkembang dan menyebarkan spora seperti bunga yang berwarna merah.
Apakah Fenomena ‘Salju Darah’ Ini Berbahaya?
Fenomena ‘salju darah’ itu sudah mulai diperhatikan oleh ilmuwan sejak tiga abad sebelum Masehi.
Warna merah yang ada pada salju itu asalnya dari pigmen warna karotenoid di dalam ganggang.
Pigmen warna merah itu menyerap panas dan melindungi ganggang dari cahaya ultraviolet, sehingga ganggang itu bisa menyerap nutrisi dari cahaya matahari saat musim panas tanpa mengalami perubahan genetik.
Namun meski bermanfaat bagi ganggang, fenomena itu tidak baik bagi salju dan es.
Sebabnya, fenomena ‘salju darah’ itu menyebabkan terjadinya pemanasan dan es mencair secara berulang-ulang.
Mekarnya ganggang itu menjadi satu hal yang memengaruhi perubahan iklim, karena warna merah pada salju menyebabkan salju hanya membiaskan lebih sedikit cahaya matahari sehingga lebih cepat leleh.
Sehingga, semakin banyak ganggang yang “mekar” dan menyerap panas, semakin cepat es di sekitarnya meleleh.
Semakin banyak es yang meleleh juga membuat ganggang itu semakin cepat menyebar.
Fenomena itupun bisa terus terulang jika ganggang merah semakin menyebar.
Baca tanpa iklan